Cancale Abad ke-19, Ketika Kaum Wanita Menguasai Kota

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
12 November 2018 19:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kelangkaan pria membuat para wanita harus mandiri dan mengendalikan kehidupan di Cancale.
Foto: Patung Wanita Pemanen Tiram, Cancale | commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Tiram dari Cancale, Prancis, telah tersohor kelezatannya selama puluhan abad. Pada tahun 56 sebelum Masehi, pasukan Romawi yang dipimpin Julius Caesar tercatat pernah mengambil banyak tiram dari sana. Kemudian di abad ke-16, Raja Louis XIV menyebutkan olahan tiram terbaik dapat dipastikan berasal dari Cancale.
Pada abad ke-16 itu pula, masyarakat Cancale mulai berperan aktif dalam penjelajahan di benua baru. Saat Age of Discovery, banyak pria dari Cancale berlayar ke sebrang Atlantik dan selama berbulan-bulan akan menangkap kekayaan laut di sepanjang garis pantai bagian timur Kanada.
Sebagai dampaknya, ketika terlalu banyak pria dewasa Cancale berpetualang ke Kanada di abad ke-19, ekspedisi tahunan telah membuat kota hanya menyisakan para wanita. Sering kali, pria yang baru memasuki usia remaja juga turut berlayar, sampai tersisa hanya bocah-bocah yang tak dapat banyak membantu pekejaan ibunya.
ADVERTISEMENT
Periode tersebut sama sekali tak menyenangkan karena keteguhan mental para wanita di Cancale benar-benar diuji. Jumlah pria yang pulang setelah ekspedisi selalu lebih sedikit ketimbang yang berangkat. Pria-pria Cancale banyak yang wafat saat berlayar, mengidap malnutrisi selama perjalanan, atau serta terserang penyakit mematikan.
Tetapi, alih-alih mesti menyerah akan ketiadaan pria, di era inilah justru sisi heroik kaum wanita Cancale terasah sangat kuat. Para janda dituntut mejalani gaya hidup yang lebih tegar, mereka mengelola urusan rumah tangga, memanen tiram sejak pagi buta, mencari nafkah, jua secara mandiri menggerakkan roda ekonomi perkotaan.
Pun anak-anak perempuan yang menjadi terbiasa hidup tanpa ayah atau saudara pria mereka. Tatkala telah dewasa dan menikahi seorang pria, mereka telah terdidik untuk menerima kenyataan bahwa suatu hari nanti kemungkinan besar akan menjadi janda sekaligus kepala keluarga.
ADVERTISEMENT
Keunikan tradisi itu kemudian menarik perhatian media-media asing, seperti The Detroit Free Press, Baltimore Sun, The Delphos Daily Herald, atau English Illustrated Magazine, yang ramai-ramai memuji kehidupan para wanita pemanen di Cancale di abad ke 19 dan awal abad ke-20.
Ketika hak pemilu wanita masih diperbedatkan di banyak negara, saat politisi dan pebisnis wanita masih langka, emansipasi justru telah berjalan dengan sangat baik di Cancale. Kaum wanita di sana menegosiasi kontrak ekspor tiram, bepergian ke berbagai negara di Eropa untuk mengurus dagangan, mengendalikan administrasi kota, juga bertindak sebagai penegak hukum.
Sumber: bbc.com | atlasobscura.com