Cokelat dan Bangsa Maya

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
8 Maret 2019 15:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: commons.wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Selama periode klasik bangsa Maya, sekitar 250 Masehi (M) hingga 900 M, cokelat merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan bangsa Maya. Baik sebagai makanan, mata uang hingga bahan untuk ritual. Lalu, pada 1980-an, para arkeolog menemukan sebuah artefak menarik dari peninggalan bangsa Maya ini, yang berhubungan dengan cokelat.
ADVERTISEMENT
Sekitar tahuh 1984, para arkeolog mulai menggali di sekitar Rio Azul, Guatemala, dan menemukan sebuah makam bangsa Maya yang masih asli. Di makam tersebut, ditemukan sebuah artefak berbentuk seperti pot.
Menurut Stuart, seorang pembaca tulisan bangsa Maya, yang juga seorang Profesor Seni dan Fonetis Meso-Amerika University of Texas, dari artefat tersebut terdapat sebuah tulisan yang dibaca ‘kakaw.’ ‘Kakaw’ sendiri berarti coklat dalam bahasa Maya.
Para arkeolog kemudian menghubungi Jeffrey Hust, seorang ahli kima analitik dari Hershey Foof Corporation Technical Center, untuk meminta bantuan. Hust menemukan kandungan kafein dan theobromine dalam artefak tersebut.
Artefak tersebut diduga merupakan sebuah wadah untuk menyimpan cokelat yang digunakan bangsa Maya. Selain itu juga, menurut Stuart, dalam artefak tertulis nama nama K’inich Lakamtuun, yang diduga seorang penguasa awal Rio Azul yang hidup sekitar 400 M.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, sejarawan dan para ahli bahasa masih meragukan terkait artefak kapal yang ditemukan, dan masih melakukan penelitian secara komperhensif terkait itu. Artefak kapa yang ditemukan di Rio Azul dapat dilihat di Museum Nasianal Arkeologi dan Etnografi di Guatemala.
Sumber: atlasobscura.com | awesomestories.com