Coober Pedy, Kota yang Penduduknya Tinggal di Bawah Tanah

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
23 April 2018 13:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: australia.com
Hanya sebagian penduduk kota yang tinggal di atas permukaan, sisanya di bawah tanah. Di permukaan, Coober Pedy terlihat sepi. Di kota yang terletak 850 kilometer (sebelah utara) dari Adelaide ini, hanya tampak hamparan tanah kering dengan rumah-rumah, kantor polisi, sekolah, rumah sakit, restoran, dan beberapa penginapan, yang terpisah jarak cukup jauh.
ADVERTISEMENT
Tapi, jangan langsung mengambil kesimpulan, sebab itu hanya separuh kota. Setengah penduduk lainnya memutuskan untuk hidup di bawah tanah, di gua-gua yang luas dan terowongan yang mereka sebut 'dogout'.
Pada musim panas, suhu di Coober Pedy sering melebihi 40 derajat celsius. Salah satu kota yang jarang teduh, hampir setiap hari langit senantiasa biru dan bebas awan. Untuk menghindari panas yang menyiksa itulah mereka membuat hunian bawah tanah, terutama demi melindungi diri mereka ketika siang hari yang luar biasa menyengat.
Gaya hidup cerdas penduduk Coober Pedy mulai diperkenalkan oleh para tentara yang kembali dari Perang Dunia I. Mereka memanfaatkan bekas galian pertambangan yang tak lagi terpakai, untuk rumah, hotel, restoran, bar, gereja, dan banyak lagi. Mereka membentuk ventilasi dengan poros vertikal, menjaga suhu tetap teratur.
ADVERTISEMENT
Kembali ke masa lalu, Coober Pedy sebetulnya didirikan pada 1915 setelah penemuan opal oleh bocah lelaki berusia 14 yang sedang berkemah dengan calon ayahnya. Semenjak itu banyak orang berburu opal di sana, juga emas. Sampai hari ini, kota tersebut masih terkemuka sebagai pemasok opal berkualitas, dengan memiliki lebih dari 70 ladang pertambangan.