Dul-Tson-Kyil-Khor, Lukisan Serbuk Batu yang Rumit

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
26 Desember 2018 13:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: commons.wikimedia.org
Dalam ajaran Buddhisme di Tibet, daya spritual dan ritual yang mewakili alam semesta disimbolkan dalam 'mandala'. Kata ini berasal dari bahasa Sansakerta kuno yang berarti lingkaran, sementara dalam praktiknya Mandala merupakan ikonografi tradisional yang mencakup bentuk geometris dengan hiasan simbol-simbol kuno Buddha.
ADVERTISEMENT
Pembuatan mandala lazimnya dilakukan oleh para biksu, dengan bahan yang tak selalu sama di setiap negara. Terkhusus di Tibet, seni kuno ini dibuat dengan menggunakan bahan pasir berwarna dan menyebutnya dul-tson-kyil-khor, yang berarti 'mandala dari serbuk berwarna'.
Tak mudah untuk menciptakan seni kuno tersebut, prosesnya dapat memakan waktu beberapa minggu karena detail rumit serbuk mesti diletakkan secara hati-hati menggunakan corong logam sempit yang disebut chakpur.
Lalu, setelah segenap kerja keras yang menguras waktu para biksu akan sengaja menghacurkan mandala untuk melambangkan bahwa tidak ada yang bertahan selamanya di dunia.
Di zaman modern ini, penciptaan dul-tson-kyil-khor relatif lebih instan lantaran menggunakan batu putih biasa yang dihancurkan kemudian diwarnai tinta. Sementara di masa lalu, para biksu di Tibet mesti mendapatkan serbuk warnanya dari hasil penghancuran batu alam, seperti lapis lazuli untuk biru, rubi untuk merah, termasuk permata berharga mahal lainnya.
ADVERTISEMENT
Sumber: mandala-painting.com | amusingplanet.com