Ekspedisi Jelajah Lintas Benua dengan Membawa Balok Es Seberat 3 Ton

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
13 Juli 2019 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: commons.wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1959, sebuah ekspedisi sejauh 8.500 kilometer dimulai dari daerah Lingkaran Kutub menuju Afrika Tengah. Selain jaraknya yang terbilang begitu jauh, hal yang yang menarik dari ekspedisi ini adalah muatan yang dibawa, yakni balok es seberat tiga ton.
ADVERTISEMENT
Es-es balok tersebut dibawa menggunakan truk pikap dari titik awal pemberangkatan ke tujuan. Selama perjalanan dalam ekspedisi yang diorganisir oleh perusahaan produsen wol kaca asal Norwegia bernama Glassvat, tidak ada alat pendingin yang digunakan untuk memastikan agar es balok tetap utuh.
Ide untuk menggelar ekspedisi ini bermula dari adanya sayembara yang diumumkan oleh Radio Luxembourg untuk mengirimkan tiga ton es dari Lingkaran Kutub ke daerah yang dilintasi Garis Khatulistiwa. Peraturan dalam sayembara mengharuskan tidak adanya alat pendingin yang digunakan selama perjalanan.
Hadiah besar menanti bagi siapa pun yang berhasil melakukan hal yang sepintas tampak mustahil tersebut. Tak tanggung-tanggung, hadiahnya adalah 100 ribu francs untuk setiap kilogram es yang utuh di tempat tujuan. Nilai itu setara dengan sekitar 17 ribu dolar per kilogram.
ADVERTISEMENT
Glassvatt yang masih eksis hingga sekarang dengan nama Glava AS melalui salah satu petingginya, Birger Natvik, menyarankan agar perusahaan tempatnya bekerja itu ikut serta dalam sayembara. Gayung bersambut, Glassvatt pun mengumumkan akan menjalankan misi dalam sayembara ini.
Lantas, apa yang mendasari ketertarikan Natvik terhadap hal yang sepintas terdengar gila ini? Ternyata, uang adalah pertimbangan di baliknya.
Dalam pikiran Natvik, pencairan es dapat diminimalkan jika mereka membungkus es dengan wol kaca dengan hati-hati. Seandainya misi mereka berhasil tentu Glassvatt akan meraup uang ratusan juta franc.
Sontak saja, keseriusan Glassvatt membuat publik heboh. Orang-orang ramai berdebat tentang berapa banyak es yang akan mencair selama perjalanan, media pun ikut-ikutan membahas jumlah perkiraan uang yang dipertaruhkan oleh perusahaan.
ADVERTISEMENT
Radio Luxembourg bahkan sampai ciut nyali karenanya. Mereka pun membatalkan sayembara karena takut rugi.
Sayembara boleh batal, tetapi Glassvatt tetap pantang mundur. Bagaimana pun juga, rencana ekspedisi sudah disusun dan akan dilaksanakan. Bagi Glassvatt, ekspedisi ini adalah kesempatan bagus untuk menunjukkan bagusnya kualitas produk mereka.
Perusahaan lain pun tidak mau ketinggalan turut serta. Shell ikut menyumbangkan bahan bakar, sementara Scania menyediakan kendaraan. Total ada delapan perusahaan yang menjadi sponsor ekspedisi.
Rombongan ekspedisi berangkat dari Kota Mo i Rana, Norwegia; menuju Libreville, Gabon; pada 22 Februari 1959 dengan membawa es yang ditempatkan dalam wadah besi dan ditutup dengan kayu dan wol kaca. Bersama dengan truk pembawa es, ikut pula mobil pembawa peralatan dan kru film.
ADVERTISEMENT
Perjalan ditempuh dengan melewati sejumlah kota di Eropa, seperti Hamburg, Cologne, Paris, dan Brussel. Sesampainya di Marseille, Prancis, truk dinaikkan ke kapal untuk melintasi laut Mediterania menuju Kota Aljir, Aljazair. Tak ada hambatan berarti selama perjalanan di wilayah Eropa.
Masalah baru ditemui sesampainya di Afrika dengan masih berkecamuknya perang kemerdekaan di Aljazair melawan pemerintahan kolonial Prancis. Apalagi, waktu itu belum ada jalanan yang bagus sehingga truk harus melewati medan pasir di tengah panasnya cuaca.
Setelah 27 hari perjalanan, rombongan akhirnya sampai di Libreville. Di tempat tujuan ini, es yang dibawa hanya kehilangan beratnya sebesar 336 kilogram, atau sekitar 11 persen dari berat awalnya. Dengan demikian, sukseslah ekspedisi besar Glassvatt ini.
ADVERTISEMENT
Sumber: amusingplanet.com | thehindu.com