Kegagalan Kinerja Memori, Penyebab Tiba-tiba Lupa untuk Melakukan Sesuatu

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
12 Juli 2020 10:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tiba-tiba lupa | Pixabay/Robin Higgins
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tiba-tiba lupa | Pixabay/Robin Higgins
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu berencana melakukan sesuatu saat berjalan memasuki sebuah ruangan, sebut saja kamar kamu, lalu secara tiba-tiba lupa mau melakukan apa? Kemungkinan bukan kamu saja, sebagian besar dari kita juga pernah mengalami hal tersebut. Tetapi, yang menjadi pertanyaan pentingnya, mengapa lupa yang menyebalkan ini sering terjadi?
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2011 lalu, para peneliti dari Universitas Notre Dame berusaha untuk mencari tahu mengapa kita sering lupa akan suatu rencana yang baru saja dibayangkan beberapa menit (bahkan detik) sebelumnya. Menurut studi mereka, sudah pasti instan amnesia ini ada hubungannya dengan cara kerja otak manusia.
Otak manusia memang dirancang untuk dapat menampung banyak informasi dalam satu waktu sekaligus. Namun, apabila lokasi kita sudah berubah, atau bergerak dari tempat awal menyusun rencana, maka stimulus ingatan baru pun aktif untuk merekam pergerakan yang baru kita lakukan dan sedikit "menggeser" data-data ingatan kita sebelumnya. Proses pergeseran ini paling signifikan pengaruhnya saat kita melewati pintu dari sebuah ruangan.
Itu juga bisa disebut sebagai kegagalan dari kinerja memori. Kinerja memori sendiri adalah sebuah kemampuan untuk memahami informasi yang masuk, lalu membentuknya menjadi pemikiran yang kohesif, sehingga menjadikannya bertahan cukup lama dalam ingatan dan membantu kita untuk melakukan sesuatu.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, memori memberikan kita kemampuan untuk bernalar secara real-time. Saat tiba-tiba kita lupa untuk melakukan sesuatu, di situlah terjadinya kegagalan proses dari kinerja memori otak kita, karena informasi yang tersimpan dalam ingatan tidak bertahan cukup lama.
Ilustrasi merasa khawatir dan cemas | Pixabay/Robin Higgins
Meski demikian, penelitian lain menunjukkan bahwa rasa khawatir dan kecemasan ternyata sangat berdampak signifikan terhadap kemampuan otak untuk terus fokus dan mengingat. Matti Laine, profesor psikologi di Universitas Akademi Åbo, Finlandia, mengumpulkan 200 orang dari Inggris dan Amerika Utara, dan bertanya kepada mereka tentang kecemasan yang sering mereka alami. Mereka disuruh untuk memilih angka dari 0–10 dengan angka 10 sebagai kekhawatiran yang paling tinggi. Nilai rata-rata yang didapat adalah 5,6. Cukup tinggi menurut Laine.
ADVERTISEMENT
Angka ini kemudian menunjukkan adanya korelasi yang jelas antara kecemasan seseorang dengan penurunan kinerja memori otak. Selain itu, kecemasan yang berkelanjutan juga dapat menyebabkan insomnia. Insomnia tentu sangat tidak baik untuk tubuh dan otak, karena hal tersebut juga menjadi salah satu cara untuk merusak sistem kerja otak manusia.
Menurut Laine, selain memengaruhi fokus dan ingatan, cemas yang berkelanjutan juga dapat menyebabkan stres. Untuk menghindari itu semua, cobalah untuk merelaksasikan diri dengan olahraga atau aktivitas lain yang kita suka. Bisa juga dengan game teka-teki yang akan membantu melatih daya ingat. Selain itu, coba untuk lebih santai dengan meyakinkan bahwa diri kita sedang baik-baik saja.
Referensi:
ADVERTISEMENT