Kota-Kota Berbenteng di Pinggiran Gurun Sahara, Pentapolis Penantang Alam

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
7 Juni 2021 21:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
El-Atteuf, kota tertua dari Pentapolis di Aljazair | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
El-Atteuf, kota tertua dari Pentapolis di Aljazair | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Membentang antara Maroko dan Tunisia, Aljazair atau Algeria termasuk negara terbesar di Afrika dan terbesar ke-10 di dunia. Bentang alamnya yang luas tersusun dari barisan pegunungan yang menjulang tinggi, ditambah teriknya gurun, dan sisa-sisa reruntuhan Romawi kuno.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, negara ini mencakup hampir 2,4 juta kilometer persegi. Itu 10 kali lebih luas dari Inggris.
Sebagian besar wilayah negara ini (sekitar 4/5 bagiannya), diselimuti oleh Gurun Sahara, gurun panas terbesar di dunia. Sementara beberapa orang Alzajair tinggal di daerah yang kurang bersahabat tersebut, sebagian besar lainnya memilih untuk tinggal di pinggiran utara Sahara, sehingga terbentuklah lima buah qsar atau kota-kota berbenteng di Lembah M'Zab.
Secara kolektif, kelima kota tersebut dikenal sebagai Pentapolis. Dikelilingi oleh benteng-benteng megah berusia berabad-abad, dan ditemani oleh dasar sungai yang sebagiannya kering karena airnya hanya muncul setiap tiga hingga lima tahun sekali.
Kota-kota tersebut adalah El-Atteuf (yang tertua), didirikan pada 1012 Masehi. Selanjutnya ada Melika, Bounoura, Beni-Isguen, dan Ghardaïa, sebagai pusat perdagangan.
Ghardaïa, kota yang digunakan sebagai pusat perdagangan | Wikimedia Commons
Kota-kota tersebut didirikan oleh orang-orang Mozab, orang semi-nomaden yang berbicara dengan bahasa mereka sendiri, Tumzabt. Orang-orang ini telah menjelajahi Aljazair sejak sekitar abad ke-8, tetapi mereka kemudian memilih untuk menetap dan beradaptasi di lingkungan utara Sahara, karena dihadapkan dengan penggurunan yang semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Mereka kemudian membangun kota mereka sendiri, antara abad ke-11 dan 14, di mana masing-masing berpusat di sekitar masjid dengan beberapa menara pengawas. Biasanya di dasar lembah, orang-orang Mozab membangun kebun palem yang digunakan sebagai pelarian dari panasnya musim panas.
Di setiap kota, orang Mozab juga membangun jalanan yang cukup padat, di mana yang tersempit hanya dapat menampung seekor keledai yang membawa barang, sedangkan jalan utamanya ke dan dari pasar dibangun agar dapat menampung banyak unta. Rumah batu mereka memiliki ruang khusus untuk seekor kambing, dengan susu dan rerumputan.
Kota-kota itu memiliki keunikan khusus. Misalnya di Kota Ghardaïa, perdagangan diberlakukan di dalam dan di sekitar pusat pasar. Berbagai papan nama dan iklan modern dilarang keras untuk ditampilkan di sini. Berdasarkan peraturan setempat, jalan-jalan kecil dapat mengkhususkan diri hanya pada satu produk, seperti karpet, buah, atau sayuran.
ADVERTISEMENT
Sedangkan di Beni-Isguen, tidak ada hotel, restoran, ataupun hanya sekedar kedai kopi. Fasilitas wisata sederhana hanya ditujukan pada kebun palem di sana. [*]