Kubah Ilusi di Gereja St. Ignatius, Kecerdasan Pelukis Abad Ke-17

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
16 Januari 2021 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
"Kubah" Gereja St. Ignatius | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
"Kubah" Gereja St. Ignatius | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Gereja St. Ignatius dari Loyola terletak hanya satu blok dari Pantheon, bangunan tua yang dikonstruksi pada tahun 27 sebelum Masehi. Gereja barok abad ke-17 yang luar biasa ini memiliki bagian depan yang menjulang tinggi dan mendominasi Piazza atau ruang terbuka publik. Pun memiliki dekorasi mewah dan dianggap sebagai salah satu yang terbaik di seluruh Roma. Akan tetapi, Gereja tersebut, sebenarnya juga memiliki keunikan yang sering terlewat oleh para pelancong yang mengunjungi Kota Roma, Italia.
ADVERTISEMENT
Hal pertama yang dilakukan sebagian besar pengunjung ketika mereka masuk ke dalam gereja, yang didedikasikan untuk pendiri ordo Jesuit ini, adalah melihat lukisan dinding mewah yang menghiasi langit-langit besar. Lukisan megah yang dilukis oleh Andrea Pozzo yang menggambarkan kemenangan Santo Ignatius dan tujuan apostolik misionaris Yesuit, yang ingin memperluas jangkauan Katolik Roma di seluruh dunia.
Langit-langitnya tampak tinggi dan berkubah, dihiasi dengan patung-patung dan diisi dengan sosok-sosok terbang. Walaupun terlihat dari dalam gereja bahwa bangunan tersebut memiliki kubah, nyatanya atap tersebut datar. Pozzo memberikan ilusi ketinggian pada langit-langit gereja menggunakan teknik anamorphic. Sebuah piringan marmer dipasang di tengah-tengah gereja, menandai tempat yang ideal dari mana pengamat dapat mengalami ilusi sepenuhnya.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh di atas lantai bagian tengah, ada penanda lainnya. Berdiri di atas lantai ini pelancong dapat melihat lengkungan kubah indah yang sebenarnya tidak ada. Kubah yang dilukis oleh Pozzo ditunjukan untuk menyembunyikan fakta bahwa para Yesuit sebetulnya tidak mampu membangun kubah.
Andrea Pozzo | Wikimedia Commons
Gereja itu awalnya adalah kapel sederhana Kolese Romawi, yang didirikan oleh Santo Ignatius pada tahun 1551, di atas tanah yang disumbangkan oleh Vittoria della Tolfa, seorang wanita bangsawan Italia, kepada Serikat Yesus untuk mengenang mendiang suaminya. Meskipun para Yesuit mendapatkan tanah tersebut, mereka tidak memiliki uang untuk membangun gereja. Keterbatasan anggaran memaksa mereka untuk menyewa arsitek khusus, dan saudara-saudara Yesuit sendiri yang bekerja dalam pembangunan gereja. Gereja selesai dibangun pada tahun 1567, dan diperluas pada tahun 1580, berkat sumbangan dari Paus Gregorius XIII.
ADVERTISEMENT
Beruntungnya, pada abad ke-17, kecerdasan Pozzo sanggup mengubah kontruksi yang sederhana menjadi karya luar biasa, berkat teknik ilusi pada lukisannya.
Kubah ilusi karya Andrea Pozzo di Wina | Wikimedia Commons
Beberapa tahun kemudian setelah "menyulap" Gereja St. Igantius, Pozzo menggunakan trik itu lagi di Wina, Austria, ketika dia ditugaskan untuk mengecat langit-langit Gereja Jesuit. Di sana, dia melukis kubah palsu pula bersama dengan efek ilusionistik lainnya, yang membuat langit-langit seolah terbuka ke alam surgawi yang dipenuhi dewa-dewa Olympian.