Kutukan Dua Makam Raja yang Diklaim Telah Membunuh Para Arkeolog

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
16 November 2020 21:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kutukan memang menakutkan, terutama bagi siapa saja yang percaya akan ihwal mistis. Sejak dahulu, ada banyak kisah yang menceritakan tentang kutukan. Kisah-kisah ini bahkan masih memberikan rasa cemas bagi banyak orang pada masa sekarang.
ADVERTISEMENT
Ya, entah benar ataupun tidak, kepercayaan akan kutukan senantiasa hadir di Bumi ini. Mulai dari saat Firaun masih hidup, sampai pada masa modern abad ke-20.
Secara lebih spesifik, ada dua kutukan khas yang cukup menakutkan bagi tim peneliti, terutama arkeolog. Konon, para arkelog pada masa lampau telah meninggal lantaran mereka terlalu berani membuka makam raja yang keramat.

Kutukan Raja Tut

Penelitian terhadap makam Tutankhamun pada 1922 | Wikimedia Commons
Pada November 1922, tim arkeologi dari Inggris berhasil membuka makam Tutankhamun atau Raja Tut, seorang Fir’aun Mesir yang hidup pada abad ke-14 SM. Beberapa waktu setelah dibukanya makam sang raja, satu per satu anggota tim itu meninggal dunia karena infeksi bakteri. Ketika tim berikutnya datang, mereka juga ikut-ikutan meninggal.
ADVERTISEMENT
Walhasil, banyak media yang menulis spekulasi bahwa itu semua disebabkan karena kutukan oleh Raja Tut.

Kutukan Makam Raja Polandia

Casimir IV Jagiellon | Wikimedia Commons
Kurang lebih sama seperti kutukan Raja Tut, Casimir IV Jagiellon selaku Raja Polandia pada abad ke-15 pun sepertinya juga meninggalkan kutukannya sendiri.
Sekitar 50 tahun, atau pada tahun 1973, setelah dibukanya makam Raja Tut, sekelompok tim arkeolog membuka makam Raja Polandia yang satu ini. Berkaca pada kasus makam Raja Tut, banyak orang yang mengkhawatirkan nasib kelompok arkeolog tersebut. Dan benar saja, kekhawatiran menjadi kenyataan, para arkeolog itu mulai meninggal dunia satu per satu.
Tentunya, tidak semua orang percaya akan klaim tersebut. Masing-masing peneliti itu memiliki riwayat penyakit yang berbeda-beda, dengan penyebab kematian yang berbeda juga.
ADVERTISEMENT
Rujukan: