Mengenal Panmunjeom, Lokasi Wisata Tempat Turis Dapat Ditembak

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
5 Desember 2019 16:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Panmunjeom dari sisi perbatasan Korea Selatan
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Panmunjeom dari sisi perbatasan Korea Selatan
ADVERTISEMENT
Di Korea terdapat daerah perbatasan dua negara antara Selatan dan Utara yang paling berbahaya di dunia yaitu Zona Demiliterisasi (DMZ) bernama Panmunjeom. Posisinya kurang lebih 55 km dari utara Kota Seoul, Korea Selatan. Panmunjeom berbentuk sebidang tanah berukuran 4 kilometer dan diawasi ketat oleh tentara dari kedua belah pihak. Tidak hanya itu terdapat ranjau darat, kawat berduri, sumbat tangki melapisi seluruh perbatasan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan sejarahnya, Korea Utara dan Selatan yang kala itu sedang berperang berupaya bertemu untuk mengakhiri gencatan senjata diantara mereka. Pertemuan itu dilakukan di ujung daerah perbatasan masing-masing dari Korea Selatan dan Utara yang sekarang disebut Panmunjeom. Hasil dari pertemuan menghasilkan perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1953. Tetapi karena perdamaian tidak pernah ada kesepakatan maka perang dingin pun terjadi. Lebih dari lima puluh tahun, satu juta orang telah berjaga di sekitar Zona Demiliterisasi (DMZ). Sebagian besar tentara yang bertugas baik dari pihak Korea Selatan, Utara dan lainnya tidak ada yang diizinkan melintasi garis demarkasi ke satu sisi sama lain. Apalagi semenjak insiden Pembunuhan Kapak pada tahun 1976 oleh tentara Korea Utara yang menewaskan dua orang tentara Amerika Serikat (yang sedang membantu menjaga perdamaian antara Korea Selatan dan Utara).
Foto: Ujung perbatasan yang dijaga ketat oleh tentara dari kedua negara
Tegangnya situasi di wilayah Panmunjeom menjadikannya tempat ini berbahaya namun penuh daya tarik bagi wisatawan. Setiap tahun ribuan wisatawan mengunjungi desa untuk melihat perbatasan terakhir dari perang dingin antara Korea Selatan dan Utara. Pengunjung juga diwajibkan menandatangani surat pernyataan yang meminta mereka bersedia menerima tanggung jawab atas "cedera atau kematian sebagai akibat langsung dari tindakan musuh." Inilah yang menjadikan Panmunjeom seperti taman bertema aneh dari kematian massal yang dahsyat.
ADVERTISEMENT
Perjalanan menuju ke sana memiliki pemandangan tersendiri. Jalanan disana sengaja dibuat kosong dengan tujuan memudahkan tentara untuk mengendarai tank ketika perang terjadi. Untuk mengusir invasi, di kedua sisi jalan ditutupi kawat berduri dengan pos pengamatan setiap beberapa ratus meter. Terdapat pula bukit yang dipenuhi senjata mesin siap tembak, benteng pertahanan dari karung pasir, jembatan beton yang dipasangi dinamit untuk memblokir jalan utama.
Foto: Gedung biru tempat pertemuan antara Korea Selatan dan Utara
Salah satu area wisata disana adalah mengunjungi gedung biru berlantai satu yang digunakan kedua belah pihak untuk bertemu sesekali. Ditengah-tengah gedung yang menjadi garis perbatasan terdapat meja konferensi yang ditutupi beludru hijau dan kabel mikrofon yang membentang di tengah meja. Itulah tempat yang secara resmi diakui sebagai perbatasan internasional. Wisatawan yang berkunjung ke dalam gedung, akan dijaga dan diawasi oleh empat tentara Amerika Serikat. Sementara dibalik jendela gedung, tentara Korea Utara berjalan dan mengintip ke dalam melalui kaca. Wisatawan diperingatkan untuk tidak melakukan kontak mata atau gerakan apa pun yang dapat memusuhi penjaga Korea Utara. Dan diwajibkan mengikuti aturan berpakaian yang ketat, pakaian yang tidak diperbolehkan adalah jeans, celana pendek, atau pakaian provokatif lainnya.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, untuk merekomendasikan Zona Demiliterisasi Panmunjeom sebagai tujuan liburan ketika di Korea Selatan mungkin kurang tepat tetapi bagi yang penasaran ingin merasakan ketegangan perang dingin di perbatasan kedua negara ini dapat mencoba mengunjunginya.
Sumber: theguardian.com | amusingplanet.com
Sumber foto: commons.wikimedia.org