Menyelamatkan Kaktus yang Teracacam Punah

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
2 November 2018 9:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kaktus tumbuh sangat lambat dan beberapa spesiesnya hanya dapat bereproduksi di usia sangat tua.
Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Sejak tahun dua dekade lalu, para konsevasionis telah menyuarakan keprihatinannya terhadap kaktus. Menyatakan bahwa tingkat ancaman terhadap kelangsungan hidup tumbuhan ini telah jauh lebih besar ketimbang era-era sebelumnya.
Dinukil dari BBC International, 31 persen dari 1.480 spesies kaktus berada di bawah tekanan ektsistensi akibat aktivitas manusia. Sementara dari 141 kaktus yang masuk dalam daftar terancam, menurut World Wide Fund for Nature (WWF), 25 spesiesnya diklasifikasikan terancam punah dan 27 lainnya terancam sangat punah.
Data-data mengkhawatirkan itulah yang kemudian memotivasi beberapa kelompok pecinta alam untuk turun tangan menyelamatkan hidup kaktus. Seperti The Tucson Cactus and Succulent Society yang berbasis di Arizona, Amerika Serikat, yang telah giat menyelamatkan kaktus sejak tahun 1999.
ADVERTISEMENT
Mereka menjalani tugas yang berat, dengan kendala utama yang disebabkan persaingan dengan para pedagang kaktus ilegal. Beberapa jenis kaktus terkenal memiliki harga jual tinggi di pasaran sehingga banyak yang dipanen berlebihan tanpa upaya penanaman kembali.
Terutama untuk saguaros (carnegiea gigantea) yang kisaran haganya sekitar 75-100 dolar AS per 0,3 meter di pasar gelap. Spesies kaktus rakrasasa ini sangat langka dan membutuhkan waktu 70 tahun untuk mencapai usia reproduksi.
Ketika The Tucson Cactus and Succulent Society mencoba menyelamatkan satu saguaros, akan butuh waktu hampir seumur hidup mereka untuk mendapatkan bibit-bibit barunya. Itupun bila para penyelamat masih hidup, jika tidak berarti mereka mesti mewariskan tugas penyelamatan saguaros kepada anak dan cucu.
Sumber: wwf.panda.org | bbc.com
ADVERTISEMENT