Narapidana yang Menipu Pengadilan dengan Kelumpuhan

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
16 Februari 2020 12:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: ilustrasi penjara
zoom-in-whitePerbesar
Foto: ilustrasi penjara
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1895 ada sebuah kasus penipuan paling aneh dan pertama kali terjadi tentang seorang laki-laki bernama Charles Fiester. Dimana ia telah menipu pengadilan dengan kondisi anehnya seperti tidak mampu bergerak ataupun berbicara. Sehingga pengadilan menunda hukuman matinya selama hampir 2 tahun.
ADVERTISEMENT
Charles Fiester adalah seorang pemuda berusia 22 tahun yang berasal dari Joesephine Country, Oregon. Ia menikah dengan seorang perempuan muda berumur 13 tahun bernama Nancy. Dari apa yang terlihat, kehidupan rumah tangganya tampak penuh kasih. Mereka dikaruni 10 orang anak selama 30 tahun pernikahan. Para kenalan dan mantan rekan kerja di Departmen Kepolisian Salem Oregon bahkan menggambarkan Fiester sebagai pria bersuara lembut dan pekerja keras.
Tetapi apa yang terlihat tidaklah seperti itu, rumah tangga Fiester layaknya neraka. Tetangga sering menyaksikan sisi gelap Fiester yang melakukan KDRT kepada Nancy. Ketidakbahagiaan yang Nancy alami, membuat dirinya mulai melihat pria lain dan berencanan untuk menceraikan Fiester. Perselingkuhan pun terjadi dan memicu Fiester menjadi lebih kasar kepada Nancy hingga berani mengambil nyawa istrinya.
ADVERTISEMENT
Pada 30 September 1895, Fiester muncul di pengadilan Josephine Country. Pengacaranya menyatakan Fiester tidak bersalah dengan alasan kegilaan, karena dimata hukum, orang yang "tidak sehat" atau "tidak waras" tidak seharusnya dieksekusi. Sayangnya, pengadilan Amerika kala itu belum mempertimbangan alasan mental dalam keputusan hukum. Fiester dinilai tidak memiliki riwayat mental tidak stabil dan dengan demikian hakim memutuskan menjatuhkan hukuman mati untuk Fiester dengan cara digantung.
Awalnya Fiester tidak menangapi hukuman itu dengan serius, dia yakin pengadilan masih dapat mempertimbangkan hukumannya menjadi hukuman penjara seumur hidup. Dengan bantuan pengacara, penundaan eksekusi Fiester pun dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Di tengah ketidakpastian akan keputusan pengadilan, Fiester tiba-tiba mengalami kondisi aneh. Ia hanya bisa berbaring di ranjang dan menatap langit-langit, tidak bergerak, berbicara atau menanggapi siapapun yang berusaha berinteraksi dengannya. Seorang psikolog yang memeriksa menyatakan dirinya mengalami kondisi katakonik (suatu keadaan dimana seseorang menjadi bisu, atau telah beradaptasi dengan keanehan, posisi yang kaku. Mata masih membuka dan orang tersebut kelihatanya masih terbangun, tetapi tidak ada gerakan sadar sama sekali. Keadaan ini merupakan bentuk yang jarang dari skizofrenia ataupun kerusakan otak).
ADVERTISEMENT
Melihat kondisi Fiester, pengadilan tidak sepenuhnya membatalkan vonisnya atau menyuruhnya pergi ke rumah sakit jiwa. Sebagai gantinya, Fiester tetap tinggal di penjara County Josephine di bawah pengawasan sementara penjara, membiarkan kasusnya merana karena limbo. Para sipir diharuskan merawatnya, termasuk memberinya makan beberapa kali sehari dan mengurus kebutuhan pribadi lainnya. Surat kabar setempat menyebutkan rincian lengkap tentang perawatannya sehari-hari termasuk kemungkinan ia mengenakan popok yang harus diganti oleh sipir secara teratur.
Pada 10 Mei 1897, kurang lebih 515 hari setelah Fiester dinyatakan dalam kondisi katatonik, tipuannya mulai terungkap. Kala itu dua putranya bernama William berumur 26, dan John yang berumur 18 dipenjara di tempat yang sama dengan dirinya. Mereka dipenjara karena ketahuan mencuri daging asap dari rumah daging. William dimasukkan di sel yang sama dengan ayahnya. Para tahanan sel yang berada disamping sel Fiester mengklaim bahwa mereka mendengar suara berbisik ketika malam hari dan aktivitas lainnya. Pagi berikutnya, seorang perawat yang ditugaskan memberi Fiester makan, sengaja hanya meletakkan nampan makanan di meja yang berdekatan dengan Fiester dan memberi tahunya bahwa ia tidak akan menyuapi Fiester makan lagi. Perawat itu kemudian pergi dan ketika kembali, ia menemukan piring makanan telah bersih. Ternyata selama 43 bulan Fiester telah berpura-pura menjadi katatonik.
Foto: gambaran eksekusi hukuman mati
Setelah penipuannya terungkap, dalam sidang 21 April 1898, ia dijadwalkan akan digantung pada 10 Juni. Pagi hari ketika eksekusi, petugas menemukan Fiester kembali dalam kondisi katakonik di dalam selnya. Matanya berputar dan napasnya berat. Petugas mengira Fiester sekarat dan membiarkannya selama beberapa jam agar mati dengan sendirinya. Akan tetapi Fiester ternyata masih hidup, dan semua petugas penjara menolak untuk dibodohi lagi. Pada pukul 1 malam, para petugas membawanya ke tiang gantung dan Fiester digantung dalam keadaan tidak sadarkan diri.
ADVERTISEMENT
Lalu sebenarnya apa yang terjadi dengan Fiester? Menurut psikolog, kondisi yang dialami Fiester merupakan katakonik akibat dari mental yang terganggu. Ada dua kemungkinan yang dapat menjelaskan penyebabnya, pertama, kondisi Fiester terjadi karena dirinya rela masuk dalam keadaan imobilitas atau meditasi mendalam. Kondisi yang sering dilakukan oleh para bhikkhu ketika bermeditasi.
Kedua, bisa jadi karena Fiester telah masuk dalam keadaan trans (memisahkan dirinya dengan segala yang ada di sekitarnya). Dimana pikirannya telah menutup diri sebagai cara untuk melindungi diri dari trauma parah — mengambil nyawa istrinya.
Sebagian besar orang pernah mengalami kondisi trans pada titik tertentu dalam kehidupan mereka, walaupun tidak sampai sekekstrim Fiester. Menurut psikolog, kondisi trans dapat terjadi karena stres, rasa sakit, atau reaksi lain.
ADVERTISEMENT
Sumber: britannica.com | ancestry.com| ripleys.com
Sumber foto: commons.wikimedia.org