Para Ilmuwan yang Mati Dikelilingi Makanan

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
20 Agustus 2018 20:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: Korban-korban tewas selama pengepungan Leningrad | commons.wikimedia.org
Pengepungan Leningrad yang berlangsung selama 900 hari, boleh disebut sebagai salah satu pengepungan paling mengerikan selama Perang Dunia Kedua. Adolf Hitler menegaskan rencana terkejamnya untuk memotong semua rute pasokan makanan ke kota di Rusia itu.
ADVERTISEMENT
"Leningrad harus mati karena kelaparan," seru Hitler dalam sebuah pidato di Munich pada 8 November 1941. Itu artinya dia akan dengan senang hati melihat dua juta penduduk tewas akibat kekurangan makanan.
Ketika musim dingin tiba, tanpa ketersediaan makanan, ratusan ribu orang mati sebab kelaparan. Usaha mereka untuk bertahan hidup dengan mengonsumsi serbuk gergaji malah sia-sia. Sedangkan cuaca minus 30 derajat celsius juga turut mempercepat kematian.
Namun, di suatu tempat yang tersembunyi, di dalam lemari besi Vavilov Institute of Plant Industry, sekolompok ilmuwan memilih untuk mati dalam cara paling ironis sekaligus heroik. Mereka meninggal sambil menjaga hampir 200.000 varietas tanaman yang sebetulnya dapat dimakan. Benih-benih dan biji-bijian itu dijaga ketat agar jangan sampai direbut Nazi, supaya tidak terjadi kekurangan sumber pangan yang lebih parah di Rusia pada masa pasca perang.
ADVERTISEMENT
Alexander Stchukin, spesiasil kacang, meninggal paling pertama pada tahun 1942 di atas meja tulisnya. Lalu, ahli botani Dmitri Ivanov dan Georgi Kriyer juga wafat saat dikelilingi oleh ribuan varietas beras. Hingga akhirnya ketika pengepungan berakhir pada tahun 1944, menurut The Washington Post, enam ilmuwan lainnya juga meninggal karena kelaparan.