Potongan Kulit Bertato Seorang Pelaut

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
19 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potongan Kulit Bertato Seorang Pelaut
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah kebudayaan kita, manusia telah menato dirinya sejak dari lama. Secara tradisi, tato juga merupakan bagian dari ritual atau kultus dari beberapa suku bangsa.
ADVERTISEMENT
Kendati tak selalu menyenangkan, jumlah tubuh bertato terus bertambah seiring waktu. Saat ini, berdasarkan survei yang dilakukan di Amerika Serikat, sekitar 20% orang dewasa di Amerika Serikat merasakan penyesalan kerana telah menato tubuhnya. Berbagai macam alasan, mulai dari malu karena merasa tidak cocok bertato, tidak sesuai dengan pakaian, hingga persoalan sosial di lingkungan rumah dan pekerjaan.
Pada tahun 1930-an beberapa orang juga sudah merasakan hal yang sama terhadap tato, namun belum tidak bisa dipastikan apa alasan mereka menyesal telah menato tubuhnya. Orang-orang saat ini mungkin tidak masalah ketika mereka menyesal menato tubuhnya, tinggal dihapus menggunakan laser.
Pesatnya kemajuan teknologi saat ini menjadikan penghapusan tato hanya sebuah pilihan. Tetapi di masa lalu, saat teknologi masih belum secanggih sekarang, orang-orang yang memutuskan untuk menghapus tato bukan hanya sebuah pilihan, tetapi mereka juga menyiapkan diri terhadap rasa sakit yang akan dihadapi.
ADVERTISEMENT
Beberapa cara menghapus tato di masa lalu di antaranya dengan membakar kulit yang bertato, kadang juga menyiramnya dengan cairan asam agar struktur kulitnya rusak dan tato pun hilang. Selain itu, ada juga yang memotong kulitnya hanya dibagian bertato saking inginnya menghapus yang telah dibuat.
Seperti potongan kulit yang bertato, yang ditemukan dari koleksi W. K. Foster di Winnipeg, Kanada. Diperkirakan tato tersebut dahulunya dimiliki oleh seorang pelaut yang hidup sekitar tahun 1930-an. Hali itu karena gambar tato tersebut adalah putri duyung, alat musik harpa hingga gambar jantung dengan salib yang menunjukan kematian temannya yang indentik dengan kehidupan para pelaut.
Alasan mengapa pelaut tersebut menghapus tatonya masih belum jelas, namun setidaknya tato yang ia miliki meninggalkan pelajaran penting. Bahwa saat ini teknologi telah menawarkan penghapusan tato tanpa rasa sakit, namun ada baiknya menimbang kenangan apa yang ingin diabadikan kepada tato tidak rugi untuk dilakukan.
ADVERTISEMENT
Kenangan mungkin akan terlupakan seiring berjalannya waktu. Namum, goresan tinta tato akan selalu demikian selama tubuh dari pemilik tato itu hidup.
Sumber: nytimes.com | ripleys.com | authoritytattoo.com