Reinkarnasi John Lennon dalam Kisah Fiktif

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
31 Desember 2020 15:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar dari Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Gambar dari Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Empat puluh tahun yang lalu, John Lennon, bintang The Beatles, dibunuh. Dia ditembak di tangga Apartemen Dakota, New York, Amerika Serikat. Sejak kematiannya, Lennon telah mencapai, seperti halnya musisi yang mati muda dalam masa puncaknya, status legendaris. Selain dilabeli "legenda", Lennon juga telah diangkat menjadi sesuatu yang sama samar-samar dalam budaya populer: sebuah mitos.
ADVERTISEMENT
Legenda adalah untuk kemahsyuran karyanya. Mitos adalah untuk sesuatu yang lebih besar dari itu, yang sulit dicerna pikiran biasa.
John Lennon memang telah mencapai semacam keabadian yang nyata – sebagian berkat penggunaan kepribadiannya dalam karya fiksi dan drama. Dengan penggambaran dirinya yang telah menjadikannya sebagai segalanya, mulai dari pengangguran hingga pemimpin Partai Buruh, nelayan tua yang bijak hingga ketuhanan psikedelik.
Kehidupan Lennon pun telah diromantiskan, direka kembali, dan ditulis ulang sejak kematiannya. Pada titik ini, mitos yang dibuat-buat sering kali berkesan lebih nyata daripada kehidupan orang itu sendiri. Namun, yang lebih nyata tidak selalu berarti lebih benar.
Banyak cerita spekulatif tentang Lennon yang ditulis ulang dalam novel dan bahkan diceritakan melalui sebuah film. Karena berupa spekulasi, tentu kebanyakan ceritanya justru tidak menceritakan Lennon sebagaimana karakternya yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Seperti dalam film Danny Boyle tahun 2019, Yesterday, penulis lagu yang berjuang keras, Jack Malik (diperankan Himesh Patel), terbangun setelah kecelakaan. Ia muncul di dunia di mana The Beatles tidak pernah ada. Ia menemukan ketenaran dengan membawakan lagu-lagu klasik yang tidak pernah didengar oleh siapa pun dalam realitas alternatif ini. Malik akhirnya melacak Lennon; dan menemukannya menjalani kehidupan sederhana di sebuah gubuk dengan perahu nelayan.
Bagaimanapun, kenyataannya Lennon bahkan tidak bisa mengganti bola lampu. Bukan orang yang cukup terampil, selain dalam bermusik. Dia mungkin tidak akan bertahan seminggu menjalani kehidupan sebagai nelayan.
Selain itu, dalam novel Ian R. MacLeod, Snodgrass, Lennon dikisahkan berusia 50 tahun dan digambarkan sebagai pecundang pengangguran yang berantakan. Kali ini, Lennon keluar dari The Beatles pada tahun 1962. Lennon ingin merilis Love Me Do sebagai single debut (seperti yang The Beatles lakukan dalam kenyataan), tetapi mereka justru menggunakan lagu yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Snodgrass kemudian diadaptasi menjadi film dengan naskah yang ditulis oleh mantan jurnalis NME, sekarang novelis dan penulis skenario, David Quantick.
"Hal yang menarik sebagai seorang penulis tentang Snodgrass adalah ia membebaskan Anda dari semua klise tentang John Lennon, karena Anda dapat melakukan apa yang Anda suka dengannya. Tidak ada legenda resmi The Beatles yang harus disesuaikan," kata Quantick, yang juga menulis sebuah buku pada tahun 2002, Revolution, yang sangat mendalami White Album.
Snodgrass dibintangi aktor Liverpudlian, Ian Hart, sebagai Lennon. Ini ketiga kalinya dia memerankannya, setelah sebelumnya berperan sebagai Lennon di film Backbeat tahun 1994, yang memetakan hari-hari awal band dan fokus pada hubungan antara Lennon dan Stuart Sutcliffe, bassist awal yang meninggalkan The Beatles. Di sini, Lennon meninggal secara tragis pada usia muda tahun 1962, dalam usia 21 tahun, karena pendarahan otak.
Gambar dari Wikimedia Commons
Selain dua film di atas, masih ada film-film lainnya yang mengupas atau bahkan menempeli karakter Lennon. Salah satu yang paling terkenal di antara berbagai narasi Lennon adalah film Sam Taylor-Wood tahun 2009, Nowhere Boy, yang mengisahkan kehidupan mudanya dan hubungannya dengan ibunya (Julia) dan bibinya, Mimi. Film ini menampilkan Lennon sebelum prisma ketenaran membaginya menjadi banyak aspek kaleidoskopis.
ADVERTISEMENT
Lennon pun hadir dalam sosok fantasi. Pada novel Anno Dracula karya penulis dan kritikus film, Kim Newman, tentang dunia di mana vampir menikahi Ratu Victoria; dan makhluk supernatural hidup secara terbuka bersama manusia. Lennon dirujuk sebagai pemimpin Partai Buruh (dan vampir).
Dia bahkan dapat ditemukan di dunia komik Marvel, melalui karakter John The Skrull, seorang anggota ras alien yang dapat berubah bentuk. Karakter ini diciptakan oleh penulis Paul Cornell, yang secara rutin mengadaptasi penampilan Lennon.
Entah sebagai orang suci, dewa, alien, atau orang tua yang sederhana, penggambaran Lennon dalam budaya populer telah mengambil kehidupannya sendiri yang jauh dari realitasnya sebagai manusia. Tetapi, kata David Quantick, semua itu mungkin masih tidak sebanding dengan romantisme terbesar John Lennon terhadap dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
“Lennon adalah seorang ahli mitologi diri,” kata Quantick. “Maksudku, lihat (lagu Beatles 1969) The Ballad of John and Yoko. Dia pada dasarnya menulis legendanya sendiri di sana, (membuat) wasiat menurut dirinya. Dia terobsesi pada diri sendiri sampai tingkat yang luar biasa. Dia secara masif menjadi mitologis atas dirinya sendiri, jadi tidak mengherankan jika orang lain melakukan itu juga."
Hanya saja, mitos-mitos tentang Lennon bukan tanpa konsekuensi. Penciptaan popularitas yang tidak berdasarkan kenyataan ini berdampak terhadap anggota The Beatles yang masih hidup. Kanonisasi anumerta Lennon sebetulnya telah merugikan Paul McCartney, Ringo Starr, dan George Harrison.
“Setelah kematiannya, orang-orang melampiaskan kesedihan mereka pada Paul dengan cara yang sangat kejam dan tidak adil. Tidak ada yang memiliki kata-kata yang baik untuk Paul selama bertahun-tahun setelah itu (kematian Lennon), dan itu hanya karena orang-orang ingin menjadikan teman bandnya orang suci." Kata Quantick.
ADVERTISEMENT