Ha Kome, Gua yang Jadi Saksi Bisu Ancaman Kanibalisme

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
20 Juni 2018 11:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: wikimedia.org
Satu-satunya jalan untuk melarikan diri dari para kanibal ialah dengan hidup di gua yang tersembunyi.
ADVERTISEMENT
Kanibalisme dapat lahir karena berbagai dorongan, salah satunya keterdesakan. Orang-orang di Lesotho punya sejarah kelam mengenai hal tersebut, saat periode tergelap Difaqane.
Masa sulit penuh kekacauan itu timbul karena serangan bertubi-tubi dari orang Zulu. Desa-desa suku di Lesotho diberangus dan tanahnya direbut. Mereka terpaksa bergabung, dan melarikan diri ke daerah pegunungan demi perlindungan.
Alam tidak berpihak untuk orang-orang Lesotho. Setelah harta mereka dijarah, keadaan diperparah oleh kekeringan dan kelaparan di pelarian. Maka dimulailah kebengisan itu, tatkala beberapa kelompok dari mereka mulai makan satu sama lain.
Apa yang mulanya dimulai karena rasa lapar akhirnya menjadi kebiasaan. Para kanibal semakin menyukai daging manusia. Golongan ini menjadi kelompok berburu dan setiap hari mencari mangsa.
ADVERTISEMENT
Dituturkan DF Ellenberger, seorang misionaris yang tiba di Lesotho pada tahun 1860-an, diperkirakan sekitar 4.000 manusia kanibal aktif antara tahun 1822-1828 di Lesotho. Sementara korbannya berkisar di angka 288.000 jiwa.
Jadi untuk melepaskan diri dari ancaman kanibalisme yang makin mengenaskan itulah rumah-rumah gua Ha Kome dibangun pada awal abad ke-19. Mereka memilih lokasi tersembunyi, medirikannya dari lumpur, dengan dinding batu yang berfungsi sebagai bagian belakang rumah.
Pada akhir 1830-an, kanibalisme di Lesotho mulai hilang. Tetapi kisah-kisah tragisnya bertahan baik dalam tradisi lisan dan lagu daerah mereka. Sedangkan Ha Kome juga tetap terjaga; sebagian penduduk masih betah hidup di sana sampai sekarang.