Saat Wiski Menjadi Obat Pandemi Flu 1918

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
11 Mei 2020 18:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Pada saat pandemi influenza menyerang Amerika Serikat (AS) pada tahun 1918 (Flu Spanyol), semua orang berupaya mendapatkan obat yang belum terbukti dapat melawan penyakit tersebut. Salah satunya ialah wiski.
ADVERTISEMENT
Polemik wiski sebagai obat bukan hanya lantaran tidak didasari oleh bukti ilmiah, namun juga karena banyak negara bagian di AS telah mengesahkan undang-undang pelarangan penggunaan minuman keras, sehingga wiski pun menjadi sulit didapatkan. Farmakope (buku standar obat resmi dari pemerintah) AS telah terlanjur mencoret wiski, brendi, dan anggur, dari daftar obat pada tahun 1916. Di tahun berikutnya, Asosiasi Medis Amerika (AMA) Serikat juga membuat pernyataan, bahwa penggunaan alkohol sebagai obat harus dicegah.
Walhasil, ketika para warga di beberapa negara bagian benar-benar percaya bahwa wiski dapat mencegah dan mengobati virus mematikan tersebut, mereka tidak kehabisan ide untuk mendapatkannya, yaitu dengan berkampanye bersama beberapa pejabat agar membebaskan toko-toko minuman keras yang telah ditutup akibat kebijakan pemerintah sebelumnya. Tindakan ini didasari oleh kekesalan mereka sebab banyak wiski telah disita oleh pasukan Angkatan Darat AS, disimpan di beberapa tempat, seperti di kamp dan saluran air.
ADVERTISEMENT
Dipaparkan surat kabar yang beredar saat itu menyatakan beberapa dokter militer telah membantu menyelundupkan wiski sitaan itu ke kamp-kamp Angkatan Darat AS. Di Richmond, Virginia, dua gerbong kereta api yang menuju ke Kamp Lee bahkan dikabarkan dibajak, demi mengantarkan ratusan liter wiski untuk ke kamp Dodge di Iowa (di mana sekitar 500 tentara telah meninggal akibat pandemi flu).
Di lain sisi, para pejabat justru mengambil paksa wiski hasil sitaan itu untuk membantu banyak warga sipil, seperti pasien-pasien di rumah sakit (termasuk rumah sakit di Omaha, Nebraska, yang menerima 500 galon wiski). Komisaris Internal Revenue Service (IRS), lembaga pemerintah federal AS yang mengumpulkan pajak di Washington, pun mendistribusikan wiski hasil sitaan ke banyak rumah sakit di seluruh Negara Bagian North Carolina.
ADVERTISEMENT
Foto: Aparat Polisi AS saat Pandemi Flu 1918 | Wikimedia Commons
Pada masa itu, orang AS betul-betul saling berebut wiski. Saling menyita untuk menyelamatkan banyak orang di pihak yang berbeda-beda. Komunitas medis pun terpecah mengenai kebenaran wiski: Antara yang yakin dapat melawan influenza dan yang tidak.
Banyak dokter konsisten merekomendasikan dan meresepkan wiski sebagai obat dalam menghadapi pendemi influenza kala itu. Ketika AMA mensurvei para dokter mengenai masalah ini pada tahun 1922, sekitar 51 persen mengatakan bahwa mereka memang menganggap wiski sebagai bantuan medis yang diperlukan. Beberapa dokter ini pun percaya bahwa alkohol mampu merangsang jantung dan sistem pernapasan pasien, sementara yang lain meyakini bahwa efek penenang di alkohol dapat membuat pasien menjadi lebih nyaman.
Kendati cukup banyak yang mendukung pengesahan wiski dan telah mengaplikasikannya sebagai obat, Pemerintah AS tetap saja tidak dapat melegalkan penggunaannya. Melalui amandemen ke-18 pada 16 Januari 1919, pemerintah menegaskan larangan pembuatan, penjualan, pengangkutan, pengimporan, dan pengeksporan minuman keras. Hal tersebut berlaku satu tahun kemudian.
ADVERTISEMENT
Referensi: