Sark, Pulau Terpencil yang Menganut Sistem Feodal Terakhir di Eropa

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
10 Agustus 2020 19:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pulau Sark | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Sark | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Sark adalah sebuah pulau kecil yang masuk dalam lingkup Bailiwick of Guernsey di barat daya Selat Inggris, sekitar 40 kilometer dari lepas Pantai Normandia, Perancis. Pulau yang memiliki luas sekitar 5,45 kilometer persegi ini, pernah berada di bawah sistem feodal Eropa selama 440 tahun. Dan pada tahun 2008, pulau ini mengadakan pemilihan demokratis pertamanya, yang menandakan berakhirnya masa sistem feodalisme, yang telah diberlakukan selama ratusan tahun lamanya.
ADVERTISEMENT
Sebelum reformasi konstitusional pada tahun 2008 itu, Pulau Sark yang memiliki populasi sekitar 600 penduduk diperintah oleh Chief Pleas. Ini merupakan sebuah parlemen feodal yang terdiri dari 40 bagian, yang dipimpin oleh seigneur (tuan bangsawan feodal). Tak ada posisi yang lebih tinggi dari seigneur di Pulau Sark, dari Sejak tahun 1565, ketika Ratu Elizabeth I memberikan pulau tersebut kepada bangsawan bernama Hellier de Carteret sebagai imbalan atas perlindungannya terhadap bajak laut.
Meskipun sangat kuat selama berabad-abad, sistem feodal kuno itu mulai terancam (besama dengan posisi seigneur) pada tahun 1993. Penyebabnya ialah miliarder Barclay bersaudara, Sir David dan Sir Frederick, yang juga pemilik The Ritz Hotel dan surat kabar Telegraph, yang membeli sebuah pulau kecil di lepas Pantai Sark, yaitu Bercqhou.
Kendaraan tradisional di Pulau Sark | Wikimedia Commons
Keluarga Barclay merasa terganggu oleh betapa merugikannya sistem feodal di Pulau Sark. Sesuai dengan hukum yang berjalan di sana, Keluarga Barclay dipaksa untuk membayar pajak properti sebesar £179.230 atau sekitar Rp3.448.175.221 saat ini. Lalu, yang paling menyebalkan bagi mereka adalah hukum waris pada anak sulung, dengan properti harus diserahkan secara utuh dan tidak dibagi ke tangan ahli waris lainnya. Mereka pun menentang hukum ini di pengadilan, yang kemudian memenangkannya, dan mengubah sebagian hukum yang berlaku di Pulau Sark. Selang waktu kemudian, mereka juga mulai menekankan bentuk reformasi demokratis di Sark, yang memicu kerusuhan antar penduduk sipil dan protektorat setempat.
ADVERTISEMENT
Akhirnya pada tahun 2008 itu, orang-orang dewasa di Pulau Sark mulai memilih parlemen secara demokratis, yang beranggotakan 28 orang, sekaligus mengakhiri 443 tahun lamanya pemerintahan feodal. Pajak properti seigneur pun dihapuskan. Dan sebagai gantinya, seigneur ke-22 yang bernama Michael Beaumont, akan menerima pemasukan sebesar Rp538.687.196 setiap tahunnya.
Terlepas dari masalah politik yang pernah terjadi, Sark adalah tempat yang sangat indah untuk berlibur. Untuk dapat mengunjungi Sark, wisatawan harus naik pesawat ke Guernsey dan kemudian naik kapal feri selama 45 menit. Mobil juga ilegal di Sark, yang artinya wisatawan hanya diperbolehkan menaiki kereta kuda, sepeda, traktor, dan kereta bertenaga baterai.
Sark juga tidak memiliki lapangan terbang, tidak ada mobil, maupun jalanan beraspal, sehingga menjadikan kehidupan di Sark tetap terlihat tidak terpengaruh oleh kehidupan modern.
ADVERTISEMENT