Simetris, Mitos Kesempurnaan Fisik Manusia

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
8 Mei 2018 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penggaris (Foto: Dok. Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penggaris (Foto: Dok. Pixabay)
ADVERTISEMENT
It is certainly not true that there is in the mind of man any universal standards of beauty with respect to the human body.
ADVERTISEMENT
Charles Darwin saja berani bilang seperti itu, memang tak mungkin ada standar kecantikan/ketampanan yang sanggup menghargai manusia dengan segenap kekurangannya. Mereka yang dianggap 'jelek' mesti berjuang lebih keras demi bisa dipuja, sedangkan yang 'rupawan' tinggal menikmati prosesnya.
Mitos berabad-abad telah bergema bahwa mereka yang simetris, dengan fitur tubuh yang seimbang, menandakan kesehatan, kebugaran, dan kesuburuan. Disebutkan, penyakit dan stres selama masa kanak-kanak dapat secara halus mempengaruhi perkembangan tubuh dan menciptakan 'ketidakstabilan'.
Ketidakseimbangan itu juga membuat satu sisi tumbuh sedikit berbeda dengan yang lain. Semisal wajah yang agak miring ke kiri, hidung yang nampak membengkok ke kanan, atau bokong yang sebagian sisinya nampak lebih menggoda.
Padahal, bukankah besarnya payudara wanita secara alami memang tak seimbang antara yang kanan dan kiri? Dari fakta ini, seharusnya kita tahu, simetris tak sepatutnya diagungkan.
ADVERTISEMENT
Ketika Stefan Van Dongen di Universitas Antwerpen, Belgia, mengambil hasil scan 3D terhadap hampir 5.000 remaja, mereka memiliki fitur paling simteris. Namun, catatan medis menunjukkan mereka tak lebih bugar dari yang lain.
Meskipun beberapa penelitian sebelumnya mungkin menegaskan kesempurnaan dari mereka yang simetris, menurut BBC International, studi-studi tersebut hanya meneliti sedikit subjek. Fitur simetris sama sekali tidak menjamin kesehatan hidup manusia.