Boneka Seks dan Simulasi Perkosaan terhadap Wanita

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
24 Maret 2018 12:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi boneka seks (Foto: AFP/Behrouz Mehri)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi boneka seks (Foto: AFP/Behrouz Mehri)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Boneka seks yang diklaim sanggup meredam berahi jahat itu ternyata berpeluang dijadikan sebagai simulasi perkosaan.
ADVERTISEMENT
Penutupan rumah bordil secara paksa, tentu merupakan hal biasa. Seperti halnya pembubaran lokalisasi, akan banyak pertentangan hukum dan konflik norma masyarakat jika membiarkannya tetap beroperasi.
Namun, permintaan untuk menutup rumah bordil di Paris, Prancsis, baru-baru ini punya sisi menarik. Terutama, karena tempat prostitusi tersebut tak menyediakan wanita sungguhan, melainkan boneka-boneka seks yang disebut 'Xdolls'.
Alih-alih melihat prostitusi Xdolls sebagai pelampiasan pria kesepian, seorang aktivis perempuan Lorraine Questiaux justru menyebutnya, "Tempat yang menghasilkan uang dari simulasi perkosaan terhadap wanita."
Questiaux, dari kelompok feminis Mouvement du Nid, secara tidak langsung juga mengimbau masyarakat sadar bahwa eksistensi boneka seks hanya kian merendahkan wanita. Dia khawatir, pengalaman kasar seorang pria dengan sex dolls akan terbawa saat berhubungan dengan wanita sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, dilansir The Huffington Post beberapa waktu lalu, Joaquin Lousquy sang pemilik rumah bordil tak percaya bisnisnya mendegradasi derajat wanita. Menurutnya, tak ada yang perlu dicemaskan untuk memberi kebebasan fantasi para klien.
Dewan Kota Paris berencana membahas masalah rumah bordil tersebut ke ranah yang lebih serius minggu ini. Selain mendapatkan banyak protes dari masyarakat, menjalankan bisnis rumah prostitusi memang ilegal di sana.