Studi: Menguap Juga Dapat Menular ke Anjing

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
29 Februari 2020 12:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Anjing yang Sedang Menguap
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Anjing yang Sedang Menguap
ADVERTISEMENT
Menguap yang menular mungkin bukan hal asing lagi di antara sesama manusia. Jika kita melihat orang lain yang sedang menguap, kemungkinan besar kita juga akan ikut melakukan hal yang sama, karena ada hubungan korelasi antara empati sesama manusia. Namun, pernahkah terpikirkan olehmu, menguap yang dilakukan oleh manusia ternyata bisa merambat ke hewan mamalia juga?
ADVERTISEMENT
Ya, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Proceedings of Royal Society B, menguap yang sering dialami manusia ternyata dapat menular ke anjing. Sedikitnya, ada enam studi yang melibatkan total 257 anjing untuk membuktikan hal tersebut. Eksperimen ini dilakukan untuk melihat reaksi apa yang akan dilakukan anjing ketika orang di dekatnya sedang menguap.
Patrick Neilands, Ph.D, peneliti yang tergabung dalam kelompok riset ini memberikan hasil yang menjadi bukti kuat yang menunjukkan bahwa hubungan mamalia ini dan manusia memanglah luar biasa. Ia mengungkapkan, bahwa sebagian besar anjing-anjing tersebut ikut menguap. Tidak peduli orang yang di dekatnya adalah orang yang anjing itu kenal atau orang asing, anjing-anjing tersebut tetap saja ikut menguap. Lalu, mengapa ini bisa terjadi?
Foto: Pertemanan Antara Manusia dan Anjing
Tim peneliti mengatakan, bahwa anjing sejatinya termasuk hewan yang memiliki empati yang besar kepada manusia, baik yang masih asing baginya atau majikannya. Hal tersebut dikarenakan anjing termasuk hewan mamalia yang cenderung terlibat langsung dalam merawat anak-anaknya, sehingga muncullah rasa empati pada anjing tersebut. Namun, alasan tersebut belum dapat menjadi bukti kuat yang dapat mendukung hipotesis tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, tim peneliti lebih percaya bahwa itu bukanlah sesuatu yang berkaitan dengan empati, seperti keinginan untuk melakukan kontak sosial, namun lebih kepada kemungkinan terjadinya stres, sebagai sarana untuk mulai berkomunikasi, atau cara yang dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap manusia.
Sumber: newsparliament.com | theguardian.com | newsweek.com
Sumber foto: pixabay.com