Studi: Penderita Kanker Menjadi Orang Paling Berisiko Terkena Coronavirus

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
27 Maret 2020 13:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Koleksi Free-Photo di pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Koleksi Free-Photo di pixabay.com
ADVERTISEMENT
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Oncology mengungkapkan penemuan baru tentang orang yang memiliki risiko tertinggi terkena Coronavirus. Penelitian itu berdasarkan catatan dari 1.524 pasien kanker yang telah dirawat di Departemen Radiasi dan Onkologi Medis, Rumah Sakit Zhongnan milik Universitas Wuhan Cina. Dari catatan terungkap betapa tinggi risiko yang harus dihadapi oleh pasien kanker ketika berhadapan dengan virus COVID-19 ini.
ADVERTISEMENT
Tim peneliti sengaja menghimpun data dari tanggal 30 Desember 2019 hingga 17 Februari 2020 untuk menganalisis risiko yang dihadapi oleh pasien kanker terhadap COVID-19. Ternyata risiko pasien kanker mencapai angka 0,79% dibandingkan dengan 0,37% risiko yang dihadapi seluruh populasi manusia di kota Wuhan. Rata-rata, para pasien kanker yang terinfeksi Corona telah berusia sekitar 66 tahun dan kurang dari setengahnya tengah menjalani perawatan aktif untuk penyakit kanker mereka. Jika dihitung per-orang dari 288 pasien kanker, mereka yang terinfeksi kebanyakan menderita kanker karsinoma paru-paru non-sel kecil (NSCLC).
Mirisnya lagi, kondisi terpaparnya para pasien kanker justru terjadi ketika di rumah sakit, karena mereka rutin datang untuk melakukan perawatan aktif atau kemoterapi. Apalagi kondisi kota Wuhan yang menjadi titik awal pandemi Coronavirus menyebabkan mudahnya virus COVID-19 menempel pada mereka yang rutin datang ke rumah sakit. Ini merupakan bukti bahwa bukan hanya dokter dan paramedis saja yang rentan terinfeksi, tapi pasien yang bukan penderita Coronavirus pun dapat terpapar oleh virus ini.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, Chua dan timnya melihat bahwa penemuan ini mampu berkontribusi pada pemahaman kita yang lebih luas tentang Coronavirus. Dimana dokter dan paramedis untuk pertama-tama haruslah dapat membantu menginformasikan langkah yang tepat untuk mengendalikan infeksi dan juga memotivasi langkah terbaik dalam menyesuaikan pengobatan bagi pasien kanker. Selanjutnya para peneliti dapat mencari tau lebih jauh interaksi antara virus COVID-19 dengan terapi anti-kanker, khususnya, terapi target molekul kecil dan imunoterapi (dimana ada pemikiran bahwa pasien dengan terapi semacam itu mungkin memiliki COVID-19 yang lebih buruk). Chuan dan timnya berharap keadaan ini tidak menyurutkan semangat para pasien kanker untuk sembuh walaupun pengobatan mereka terganggu. Dengan tetap menjaga kebersihan diri dan menjalankan langkah pengobatan yang aman bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Sumber: cancerresearchuk.org | healthline.com| newsweek. com