Tradisi Curhat pada Lebah

Foto: commons.wikimedia.org

Ada suatu masa ketika hampir setiap keluarga pedesaan Inggris yang memelihara lebah mengikuti tradisi aneh. Setiap kali ada kematian dalam keluarga, seseorang harus pergi ke sarang lebah dan memberi tahu atau curhat pada si lebah bahwa ada perasaan kehilangan besar yang menimpa keluarga.

Tradisi itu terus dijalankan, karena pada masa itu mereka percaya bila tidak curhat lebah akan meninggalkan sarang, tidak menghasilkan cukup madu, sang lebah mati, atau bencana akan menimpa keluarga sang pemilik. Tak melulu curhat mengenai kematian, tetapi sang pemilik akan bercerita pada si lebah mengenai masalah keluarga yang lain seperti kelahiran, pernikahan, dan lama absen karena perjalanan.

Orang Eropa selalu memiliki hubungan khusus dengan lebah. Di Eropa abad pertengahan, lebah sangat dihargai karena madu dan lilin yang mereka produksi. Madu digunakan sebagai makanan, untuk membuat mead - minuman beralkohol yang mungkin menjadi minuman fermentasi tertua di dunia - dan sebagai obat untuk mengobati luka bakar, batuk, gangguan pencernaan, dan penyakit lainnya. Lalu lilin lebah akan diubah menjadi lilin penerangan. Lilin lebah lebih berkualitas karena api dapat menyala lebih terang, tahan lama dan lebih bersih daripada lilin-lilin lainnya. Lebah sering disimpan di biara-biara dan rumah bangsawan, di mana mereka cenderung dengan sangat hormat dan dianggap sebagai bagian dari keluarga atau komunitas. Saking hormatnya, bertengkar di depan kawanan lebah merupakan perilaku yang dianggap tidak sopan.

Praktik curhat pada lebah diyakini berasal dari mitologi Celtic yang berpendapat bahwa lebah adalah penghubung antara dunia manusia dan dunia roh. Jadi jika Anda memiliki pesan yang ingin Anda sampaikan kepada seseorang Metode bercerita pada lebah menyebar ke seluruh Inggris dan juga dari banyak tempat di seantero Eropa. Akhirnya, tradisi berjalan melintasi ke seberang laut Atlantik yaitu Amerika Utara.

Sumber: nationalgeographic.com | amusingplanet.com