Tupai Gunakan Kicau Burung untuk Alarm Tanda Bahaya

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
17 September 2019 20:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: commons.wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Sebuah studi menyebutkan kalau hewan tupai di alam liar memanfaatkan kicauan burung yang berada di sekitarnya. Menurut para ahli, tupai memanfaatkan hal itu untuk mengetahui situasi bahaya yang mengancam dirinya.
ADVERTISEMENT
Beberapa jenis hewan dengan sesamanya saling menyahut bila terancam. Tetapi, beberapa jenis lagi memanfaatkan sahutan tanda bahaya dari hewan jenis lainnya. Dari sebuah penelitian sebelumnya misalnya yang mengungkapkan burung pelatuk melakukan kicauan untuk hewan lain sebagai tanda keadaan sedang aman.
Namun, sebuah studi dari jurnal yang dipublikasikan PLOS One baru-baru ini memamparkan mengenai simbiosis dua hewan, tupai dan burung. Tim peneliti menginvestigasi bagaimana kicauan memengaruhi perilaku tupai.
Menurut peneliti lewat jurnal berjudul "Eavesdropping grey squirrels infer safety from bird chatter", tupai hidup di antara banyaknya burung pekicau tetapi tidak mengikuti atau berinteraksi dengan mereka. Sang penulis menuliskan, "mereka tidak mempunyai hubungan yang erat."
Tetapi ada burung dari spesies tertentu yang kicauannya dimanfaatkan tupai. Untuk menyelidikinya, para peneliti mempelajari tupai abu-abu Timur (Sciurus carolinensis) yang hidup liar di Ohio. Untuk mendapatkan reaksi takut dari si tupai, mereka memainkan rekaman suara elang ekor merah (Buteo jamaicensis), suara ancaman yang biasanya mengarah ke tupai dan burung. Tiga puluh detik setelah memainkan panggilan elang, para peneliti memainkan rekaman obrolan burung penyanyi 3 menit atau 3 menit suara tanpa panggilan burung. Para ilmuwan mengamati perilaku tupai sebelum panggilan elang dan selama durasi rekaman yang berlangsung 3 menit.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, para peneliti menganalisis data dari 54 ekor tupai. Peneliti kemudian pindah ke lokasi baru setiap menuntaskan percobaan untuk memastikan bahwa mereka tidak menguji tupai yang sama lebih dari satu kali.
Studi dua spesies berbeda ini sendiri masih dalam pengkajian awal. Karena menurut mereka ada beberapa faktor yang harus diselidiki mengenai perilaku ketergantungan tupai pada kicauan burung. Salah satunya adalah polusi suara dari manusia. Tim peneliti beranggapan adanya kebisingan yang timbul dari aktivitas manusia membuat kicauan burung menjadi tidak terdengar dan tupai mungkin memakai tanda-tanda lain untuk mencium ancaman untuknya.
Sumber: journals.plos.org | medicalnewstoday.com