Upaya Kreatif Orang Eropa Mengatasi Limbah Elektronik yang Makin Menggunung

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
23 Maret 2021 9:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Limbah elektronik | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Limbah elektronik | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada tahun 2016 lalu, dunia telah menghasilkan hampir 45 juta ton limbah elektronik, seperti ponsel pintar, komputer, dan peralatan rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Bahan-bahan elektronik tersebut diperkirakan bernilai sekitar 62,5 miliar USD dan hanya sekitar 20 persen saja yang didaur ulang dengan benar. Sisanya, dibiarkan menggunung dan menjadi sampah elektronik selama bertahun-tahun.
Limbah-limbah elektronik ini sering dikirim secara ilegal ke tempat pembuangan sampah di Asia dan Afrika, seperti China, Filipina, Ghana, dan Nigeria. Dan apabila sikap tersebut terus terjadi, diperkirakan jumlah sampah elektronik akan menjadi lebih dari 52 juta ton pada akhir tahun 2021 dan kemungkinan akan berlipat ganda pada tahun 2025.
Walhasil, beberapa tahun lagi, ini akan menjadikannya jenis sampah domestik yang tumbuh paling cepat di dunia. Dampaknya sudah sangat merugikan, seperti meningkatnya karbon, hingga pencemaran sumber air dan rantai pasokan makanan.
Foto oleh Glavo di Pixabay
Bagaimanapun, sejumlah besar limbah tersebut mulai dicoba untuk dikurangi dengan melalui proses perbaikan. Menurut sebuah studi oleh Badan Manajemen Lingkungan dan Energi Prancis, hanya 40 persen kerusakan elektronik di Prancis yang diperbaiki. Tetapi, survei menemukan bahwa hampir dua pertiga orang Eropa lebih suka memperbaiki produk elektronik mereka sendiri, daripada membeli yang baru.
ADVERTISEMENT
Dalam upayanya, Majelis Nasional Prancis pada tahun 2020 lalu memutuskan untuk membuat sebuah indeks yang berisi peringkat peralatan elektronik yang sangat mungkin untuk masih diperbaiki, seperti mesin cuci, mesin pemotong rumput, televisi, dan ponsel pintar. Dengan melakukan hal ini, diharapkan dapat meningkatkan tingkat perbaikan benda elektronik menjadi 60 persen dari lima tahun nanti.
Skema ini juga akan diterapkan di beberapa negara lain di Eropa, tentunya masih dalam peninjauan keputusan dan berdasar kebijakan negara masing-masing. Seperti halnya Austria, di mana pemerintah mengurangi pajak untuk perbaikan tertentu menjadi 10 persen. Di Hungaria, pemerintah memperpanjang masa garansi untuk peralatan tertentu hingga tiga tahun.
Jauh di Australia, bahkan telah meluncurkan meluncurkan sebuah kebijakan baru terkait hak untuk memperbaiki barang elektronik. Begitu pula dengan Amerika Serikat yang kini telah memiliki hak perbaikan selama satu dekade penuh. Dan beberapa negara lain, bahkan memperkenalkan sistem kupon untuk mendanai perbaikan. [*]
ADVERTISEMENT