Waldeinsamkeit, Filosofi Orang Jerman untuk Menyendiri di Hutan

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
19 Juni 2021 18:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Waldeinsamkeit sebagai filosofi hidup masyarakat Jerman| Unsplash/Sasan
zoom-in-whitePerbesar
Waldeinsamkeit sebagai filosofi hidup masyarakat Jerman| Unsplash/Sasan
ADVERTISEMENT
Bila kita mengetik kata “waldeinsamkeit” ke Google Translate akan memiliki arti "kesunyian hutan".
ADVERTISEMENT
Jika hanya bermodal alat penerjemah itu, tidak banyak yang bisa dijelaskan soal arti lebih lanjut dari kata tersebut. Pun sebetulnya, itu adalah kata Jerman yang pada dasarnya tidak dapat diterjemahkan.
Namun, akibat pandemi Covid-19 dan lockdown lokal yang sedang berlangsung, semangat waldeinsamkeit sebagai filosofi kembali menemukan makna dalam hidup. Kata waldeinsamkeit dapat didefinisikan untuk makna yang cukup dalam: perasaan tercerahkan dan luhur yang bisa datang dari kesendirian di dalam hutan.
Dengan lebih banyak waktu luang, lebih banyak fleksibilitas, dan lebih banyak tekanan di rumah, namun lebih sedikit hiburan, orang Jerman ingin mencari ketenangan lewat udara segar dan kesendirian seperti seorang pertapa. Akibatnya terjadi tren waldeinsamkeit dalam jumlah yang lebih besar daripada sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang diterbitkan musim panas lalu oleh European Forest Institute di Bonn, Jerman, menemukan kunjungan ke jalur hutan yang dipantau di Rhine-Westphalia Utara selama lockdown pertama dan kedua mengalami ledakan pengunjung yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Para penulis menyimpulkan, ledakan kunjungan yang disebabkan oleh virus corona mengungkapkan bahwa masyarakat Jerman, sekali lagi, merangkul filosofi Waldeinsamkeit dan menjadikan hutan sebagai infrastruktur penting bagi kesehatan masyarakat nasional.
Hutan dahulu tempat tinggal bagi penduduk Jerman, di sanalah mereka menemukan filosofi Waldeinsamkeit | Wikimedia Commons/Klausrxt (CC)
Menelaah dari sejarah negara itu secara budaya, Jerman pun rupanya memiliki kerterkaitan secara naluriah dengan hutan.
Dari refleksi cerita rakyat Brothers Grimm, di mana hutan melambangkan dunia khayalan; dan hingga tulisan terbaru dari rimbawan Jerman Peter Wohlleben (yang menulis buku terlaris New York Times The Hidden Life of Trees: What They Feel, How They Communicate), motif hutan hampir tidak bisa dihindari.
ADVERTISEMENT
Menurut Professor Nikolaus Wegmann sejarawan Jerman di Princeton College, konsep pergi ke hutan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari bagi orang Jerman. Meskipun Jerman adalah salah satu negara paling maju di dunia, masyarakat Jerman sebetulnya orang hutan.
Bahkan sejak Kekaisaran Romawi, ketika orang Romawi menggambarkan kehidupan masyarakat Jerman kala itu yang erat dengan hutan. Secara khusus, Wegmann mengacu pada sejarawan Romawi Publius Cornelius Tacitus, yang merupakan sarjana pertama yang menulis tentang suku-suku Jermanik dan kecintaan mereka terhadap hutan di Germania. Catatan sejarahnya ditulis pada tahun 98 M berkisah tentang tanah Teuton kuno ( salah satu suku Jermanik).
Pascapandemi, diprediksi akan semakin banyak orang datang Jerman dan berwisata di hutannya yang indah untuk menyendiri dan menemukan kembali akarnya.
ADVERTISEMENT
Jauh di dalam hutan, menyusuri jalan setapak yang melengkung menjauh dari peradaban, mereka akan menikmati bisikan angin sepoi-sepoi dan deburan lembut dedaunan di bawah sepatu. Di kesendirian itu, mereka menghidupkan, Waldeinsamkeit, filosofi dari leluhur rakyat Jerman. [*]
Sumber: 1 | 2