853 Warga Aceh Barat Terganggu Jiwa, Sebagian Besar Dipicu Tekanan Ekonomi

Konten Media Partner
12 Oktober 2020 19:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gangguan mental. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Gangguan mental. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Sedikitnya 853 warga Kabupaten Aceh Barat, Aceh, mengidap gangguan jiwa per September 2020. Sebagian besar Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) itu dipicu karena tekanan ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Rata-rata pasien ODGJ yang sedang menjalani perawatan dan berada di wilayah Kabupaten Aceh Barat saat ini disebabkan oleh faktor sosial salah satunya adalah ekonomi," kata Wardian Saputra, Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa, Dinas Kesehatan Aceh Barat, Senin (12/10).
Selain karena tekanan ekonomi, kata Wardian, sebab lainnya adalah karena kondisi alam seperti bencana alam, penyakit yang berkepanjangan, penggunaan narkoba, mengalami konflik yang berkepanjangan, dan faktor genetik.
Ia menyebut, jumlah pasien ODGJ per September 2020 lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun lalu yang berjumlah 868 orang. "Tapi kan karena tahun ini belum selesai jadi kita tidak bisa simpulkan secara menyeluruh untuk tahun 2020,” ujarnya.
Ilustrasi depresi. (Foto: Thinkstock)
Wardian menjelaskan, dari total ODGJ di Aceh Barat, sebanyak 492 orang menjalani perawatan mandiri, 247 menjalani perawatan parsial, dan 128 menjalani perawatan total care.
ADVERTISEMENT
“Yang mandiri artinya dia sudah bisa melakukan semua aktivitas seperti minum obat sendiri tanpa adanya bantuan, kalau parsial itu dia sudah bisa berkerja juga tapi kadang kala harus diingatkan oleh keluarga untuk minum obat, sedangkan yang total care itu semua harus dilakukan oleh keluarga,” jelasnya.
Menurutnya, faktor utama yang sangat berpengaruh dalam proses pemulihan atau kesembuhan ODGJ adalah lingkungan dan orang-orang terdekat yang harus memberikan dukungan dan perhatian.
“Kalau untuk perawatannya di rumah sakit itu tidak jauh beda dengan di puskesmas, cuma yang pertama itu terapi farmakologi dan ada yang namanya terapi modalitas mereka nanti seperti aktivitas kelompok atau diskusi, mereka yang sudah kooperatif biasanya dikeluarkan,” ujar Wardian.