Acehkini Jalan-jalan: Mengunjungi Makam Ulama Besar di Gujarat, India
ADVERTISEMENT
Kisah kejayaan Islam masa lalu di Gujarat, tercatat di makam-makam para ulama yang terpelihara hingga kini. Misalnya, di kompleks Rasulabad Dargah atau Shah Alam No Rojo, terdapat makam kuno dan masjid tua. Kompleks ini berada di kawasan Shah Alam, Ahmedabad negara bagian Gujarat, India.
ADVERTISEMENT
Dargah berasal dari bahasa Persia artinya pintu gerbang Dargah yang merupakan bangunan makam para ulama masyhur, yang kebanyakan dari kaum sufi. Bangunan di dalam sebuah dargah biasanya mencakup masjid, makam, ruang pertemuan, bahkan terkadang tempat belajar mengajar (madrasah), klinik kesehatan, dan kebutuhan umum lainnya.
Makam Syed Sirajuddin Muhammad, dengan gelar Shah E Alam atau raja dunia, selalu ramai dikunjungi. Dia salah satu ulama paling dihormati di Gujarat. Beliau merupakan putra dari ulama kesultanan Gujarat Syed Burhanuddin Qutub Ul Alam yang meninggal pada 1452.
Keluarga Shah E Alam datang ke Gujarat dari Bukhara, yang sekarang berada di Uzbekistan, ketika Ahmed Shah I menjadi Sultan Gujarat. Kakeknya Jalaluddin Surkh atau Jalaluddin Husaini Bukhari adalah keluarga ulama sufi Suhrawardiyya yang merupakan sufi tertua di dunia.
ADVERTISEMENT
Sepeninggal ayahnya, Shah E Alam menggantikannya sebagai penasehat agama kerajaan dan guru agama Islam untuk Mahmud Begada kecil. Ia bertugas sampai akhir hayatnya yakni tahun 1475. Setelah meninggal, bangunan makamnya dibangun dan selesai pada 1483. Makam Shah E Alam menjadi makam yang paling tua di kompleks tersebut. Sebelumnya pembangunan makam tersebut digagas oleh Taj Khan Nariali, seorang bangsawan istana.
Kompleks makam dikelilingi oleh tembok dengan dua gerbang utama. Pada awal abad ke-17, seorang bangsawan melapisi kubah makam dengan emas dan beragam batu mulia. Lantainya sendiri terbuat dari marmer hitam dan putih. Pasak-pasak di bangunan makam juga dipasang unik.
Di sisi barat makam terdapat sebuah masjid yang selesai dibangun pada 1620. Seperti gaya arsitektur Islam lainnya, masjid itu memiliki sebuah kubah dan dua menara. Menara masjid ini sempat rusak karena gempa besar yang terjadi pada 1819 dan berhasil diperbaiki kembali pada tahun 1863.
ADVERTISEMENT
Ruangan pertemuan di kompleks makam dibangun oleh Muzzafar Shah III pada 1561. Namun tempat ini dihancurkan selama perang Anglo-Maratha tahun 1779. Saat itu, ruangan ini dipakai untuk menyimpan pasokan makanan.
Saat acehkini berkunjung ke sana awal Mei 2019, para peziarah di sini tidak hanya pemeluk agama Islam, tapi juga agama lainnya. Mereka memohon doa-doa di sana, lantaran makam-makam di sana dianggap sebagai makam keramat.
Sedangkan para sufi datang untuk memberi hormat kepada ulama yang mereka hormati. Selain berdoa, mereka juga melakukan amalan lainnya seperti bersedekah, membaca Alquran, dan berzikir. Tak hanya itu, mereka juga melantunkan puji-pujian dan membaca puisi-puisi memuji yang disebut Qawwali.
Qawwali merupakan pujian kepada Allah dan salam hormat kepada para sufi. Pengunjung dapat duduk dan menikmati lantunan Qawwali ini. Waktu terbaik mengunjungi tempat ini pada pagi dan sore hari. Tempat ini juga terbuka untuk umum dari pukul 08:00 sampai pukul 18:00 waktu setempat. []
Reporter: Khiththati (Gujarat)
ADVERTISEMENT