Acehkini Jalan-jalan: Romansa Kedai Kopi Tua di Sudut Seoul

Konten Media Partner
7 Februari 2021 11:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Eulji Dabang, kedai kopi tua di Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Eulji Dabang, kedai kopi tua di Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Minggu lalu setelah Pemerintah Seoul, Korea Selatan, melonggarkan sedikit peraturan terkait pengendalian COVID-19, café dan kedai kopi kembali dapat menerima pelanggan. Kendati hanya diperbolehkan duduk satu jam dan dilarang kumpul-kumpul lebih dari 4 orang. Sebelumya hampir sebulan, café dan kedai di Seoul hanya melayani pesan-antar.
ADVERTISEMENT
Rindu kedai kopi, acehkini mencoba salah satu kedai kopi tak jauh dari station Euljiro 3 ga, Seoul. Tempat ini terbilang unik dan antik karena sudah beroperasi lama dan menjadi saksi pertumbuhan ekonomi Negeri Gingseng.
Namanya Eulji Dabang, terletak di Euljiro 3 pintu keluar nomor 5. Tidak perlu berjalan jauh-jauh, karena tempatnya ada di lantai dua tak jauh dari sana. Pengelolanya tetap sama setelah dekade berganti, dan masih menyajikan menu yang sama.
Saat ini bukanlah hal yang susah untuk menikmati secangkir kopi di Korea Selatan. Hampir setiap pojokan di jalan ada tempat untuk menikmati minuman hitam ini. Orang Korea lebih menyukai seduhan kopi minimalis tanpa gula, sepeti esspreso dan americano.
Pemandangan ke luar dari Eulji Dabang. Foto: Khiththati/acehkini
Namun, sebelum punya berbagai cafe yang modern seperti sekarang, dimana warga menikmati waktu berbincang? Dabang adalah jawabannya. Istilah ini disematkan kepada kedai kopi tradisional Korea. Eulji Dabang sendiri bisa dikatakan salah satu yang tertua di Seoul dan masih beroperasi sampai sekarang. Tempat ramai saat musim dingin tiba, masih menyajikan ramen atau mie ala Korea di pagi hari dan tetap setia pada menu mereka. Eulji Dabang dibuka sejak 1985.
ADVERTISEMENT
Kedai kopi seperti ini sudah banyak ditinggalkan, namun sangat populer di era 80 dan 90-an. Letaknya tersembunyi di balik gedung-gedung tinggi. Berada di lorong-lorong sempit dan hanya diketahui oleh pelanggan setianya saja.
Eulji Dabang punya satu menu andalah yang banyak dipesan. Namanya Ssanghwa cha, dengan kuning telur mentah di atasnya. Minuman ini adalah teh tradisional dengan warna coklat tua pekat, dan rasa pahit namun punya aroma herbal menyegarkan.
Ssanghwa cha, minuman andalan di Eulji Dabang. Foto: Khiththati/acehkini
Teh ini merupakan minuman herbal paling terkenal di Korea. Terbuat dari rebusan akar-akaran kering berbagai ramuan medis alami seperti akar peoni hutan atau baekjagyak, akar rehmannia, akar mongolia, akar angelica, kayu manis dan lainnya. Diklaim banyak khasiatnya untuk kesehatan. Teh ini sudah ada sejaka masa Kerajaan Joseon berkuasa.
ADVERTISEMENT
Kawasan tempat kedai tua ini berada, dulunya merupakan tempat industri percetakan dan lainnya yang sudah mulai ditinggalkan. Sampai beberapa tahun lalu, Pemerintah Seoul mulai mempopulerkan kembali tempat ini sehingga menjadi tempat nongrong yang disenangi anak muda. Dikenal dengan nama Hipjiro.
Suasananya yang tua, antik dan berbeda menjadi salah satu tren baru. Keadaan yang sudah sulit dilihat di kota modern seperi Seoul. Hipjiro sendiri perpaduan kata Hip dan Euljiro. Hip ini sendiri dapat diartikan mempunya gaya sendiri dan tidak mengikuti perkembangan zaman.

Boyband BTS Pernah Memotret di Sini

Eulji Dabang juga melakukan hal yang sama dengan mempertahankan interior lama mereka. Penuh dengan barang tua. Rak gelas dan cangkir. Sofa kulit berwarna kuning dan pemanas ruangan kuno. Cara penyajian lama namun tentunya penggunjungnya dapat membayar minuman mereka dengan kartu seperti cafe lainnya.
ADVERTISEMENT
Kedai kopi ini hanya mempunyai beberapa kursi. Tampak sepi. Tidak seperti keadaan sebelum pandemi datang yang selalu ramai hingga harus menunggu di luar. “Kalau dulu tempat ini tidak pernah sepi,” ujar perempuan paruh baya yang menyajikan pesanan acehkini. Ia sudah mengelola tempat ini bertahun lamanya. Pengunjung memangilnya Imo atau sebutan bibi dalam bahasa Korea.
Cara lama yang digunakan untuk menandai kursi pelanggan. Foto: Khiththati/acehkini
Ssanghwa cha disajikan dalam cangkir berwarna putih antik. “Kalau kamu tidak suka makan telur mentah aduk saja, ini bagus buat badan terlebih saat musim dingin begini,” katanya lagi. Segera setelah diaduk kuning telur menghilang tanpa meninggalkan aroma amis sama sekali.
Imo kembali ke kursinya melanjutkan pekerjaan membersihkan ampas kacang tanah yang baru saja disangrai di atas pemanas. Ia mengatakan ada beberapa program TV dan drama meminta syuting di sini namun banyak yang ditolaknya. Terlalu banyak pelanggan dan ini akan menggangu katanya.
ADVERTISEMENT
Ia juga menunjukan kertas peringatan yang tertempel di dinding, menyatakan properti di tempat ini baru boleh dipotret atau diambil gambarnya setelah mendapat izin. Imo memberi izin acehkini memotret. Ada sebuah piagam dari pemerintah tergantung di dinding yang menandakan kedai tua ini.
Imo juga menunjukan sebuah meja yang diatasnya terdapat bingkai foto BTS. Grup Boyband terkenal asal Korea. “Mereka pernah mengambil gambar di sini untuk salah satu sesi foto shot tapi saat ingin membuat acara laiinya kami tidak memberi izin, takut pengunjung yang lain tergangu, kamu boleh mengambil foto di situ,” katanya ramah.
Foto Boyband BTS terpajang di meja. Foto: Khiththati/acehkini
Tempat Boyband BTS mengambil gambar untuk promosi album mereka. Foto: Khiththati/acehkini
Pada 10 November 2020, BTS merilis sebuah video dengan judul 2021 Season Greeting di web resmi mereka. Season Greeting ini biasanya memuat foto artis dan koleksi merchandise akhir tahun. Karena mengusung konsep BTS Goes Retro, mereka melakukan pemotretan di beberapa lokasi di Euljiro dan salah satunya adalah kedai kopi ini.
ADVERTISEMENT
Pada video itu tampak V salah satu anggota BTS memakai baju lama sambil meminum teh Ssanghwa, sama persis dengan pesanan acehkini. Tak heran, setelah foto ini beredar makin banyak anak muda terlebih pengemar dari boyband BTS yang datang kemari.
Harga teh ini sendiri tidak mahal, hanya 5 ribu won untuk setiap cangkirnya. Mengikuti anjuran pemerintah setelah satu jam, acehkini segara membayar dan pamit pulang. “Nanti kapan-kapan datang lagi,” kata Imo. []
Piagam dari pemerintah sebagai tanda tempat bersejarah. Foto: Khiththati/acehkini