Anak-anak Pengungsi Rohingya di Aceh Diajari Ragam Mata Pelajaran Indonesia

Konten Media Partner
25 Maret 2021 10:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak pengungsi Rohingnya di Lhokseumawe, Aceh, belajar sambil bermain. Foto-foto: Yayasan Geutanyoe.
zoom-in-whitePerbesar
Anak pengungsi Rohingnya di Lhokseumawe, Aceh, belajar sambil bermain. Foto-foto: Yayasan Geutanyoe.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Puluhan anak-anak pengungsi Rohingya yang berusia 4-17 tahun, diajak belajar sambil bermain di camp penampungan Desa Meunasah Mee Kandang, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Ini adalah bagian dari program Mental Health Psychosocial Support (MHPSS) untuk pengungsi.
ADVERTISEMENT
“Edukasi berkonsep informal dan fun learning ini didasari atas kebutuhan yang dirasa perlu oleh mereka untuk beradaptasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya,” kata Agustia, Koordinator MHPSS Yayasan Geutanyoe, Kamis (25/3/2021).
Menurutnya, Yayasan Geutanyoe terlibat dalam penanganan isu pengungsi Rohingya di Lhokseumawe. Mereka terdampar di Aceh pada 24 Juni 2020 dan 7 September 2020. Saat ini tercatat sebanyak 134 pegungsi ditampung di sana, 56 orang di antaranya adalah anak-anak.
Membantu para pengungsi beradaptasi dengan baik di Lhokseumawe, Yayasan Geutanyoe menginisiasi pembelajaran kepada anak-anak dengan berbagai kelas, seperti bahasa Indonesia, IPA, IPS, Agama, Matematika dan kelas kreatifitas serta eksplorasi diri untuk mempersiapkan mereka menuju masa depan yang lebih baik.
Anak-anak pengungsi Rohingya dan relawan.
Untuk kelas Edukasi ini Yayasan Geutanyoe bekerja sama dengan PMI Kota Lhokseumawe, LPDI Kota Lhokseumawe, Kemensos dan juga UNHCR.
ADVERTISEMENT
“Kegiatan Edukasi ini diharapkan juga dapat menumbuhkan sikap disiplin, bertanggung jawab dan refugees bisa bekerja sama dengan lingkungan sekitarnya. Aceh selalu menerima mereka dengan terbuka,” kata Agustia.
Salah seorang pengungsi remaja, Asmotullah, mengatakan senang dengan kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh Yayasan Geutanyoe, PMI, LPDI dan Kemensos. “Saya merasa sangat diterima dengan baik di Aceh seperti keluarga sendiri,” katanya. []
Belajar kreativitas dan mengenal pakaian adat.