Belasan Siswa Keroyok 13 Adik Kelas di SMA Unggul Negeri Pidie Jaya, Aceh

Konten Media Partner
1 September 2021 20:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pengeroyokan. Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pengeroyokan. Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebanyak 18 siswa kelas tiga mengeroyok 13 siswa kelas dua di Sekolah Menengah Atas (SMA) Unggul Negeri Pidie Jaya, Aceh. Pengeroyokan itu terjadi pada Sabtu (28/8) malam lalu di asrama sekolah itu di Desa Rungkom, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya. Belum diketahui penyebab kasus kekerasan ini.
ADVERTISEMENT
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Aceh Wilayah Pidie dan Pidie Jaya, Razali, mengatakan perkara ini baru terungkap pada sore kemarin. Dinas kemudian menggelar pertemuan dengan berbagai pihak, termasuk orang tua dan siswa yang menjadi korban, untuk menyelesaikan masalah itu pada Rabu (1/9) pagi hingga sore tadi.
"Baru selesai kami mediasi dengan orang tua siswa dan berbagai pihak. Intinya kami fasilitasi dan anak korban juga kami dampingi," kata Razali kepada acehkini, Rabu sore.
Berdasarkan pengakuan siswa yang menjadi korban, kata Razali, mereka mendapat kekerasan fisik. Namun pada saat mediasi tadi, Razali menyebut semua korban dalam kondisi baik, tidak terluka.
"Sehat-sehat semuanya, yang trauma ada satu orang, masih di rumah. Kami ingin menjenguk anak tersebut," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Apakah orang tua korban akan menempuh proses hukum? Razali menuturkan, dalam pertemuan itu orang tua siswa berharap kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan di tingkat sekolah dengan difasilitasi Dinas Pendidikan. Siswa korban juga disebut ingin berdamai.
"Prinsipnya mau berdamai, tapi mereka belum bertemu," kata Razali.
Adapun hasil pertemuan, kata dia, keputusan yang diambil berupa siswa kelas tiga pengeroyok dipulangkan dari asrama dan harus belajar secara daring. Mereka nanti akan dititipkan pada sekolah nonasrama di Pidie Jaya.
Sedangkan siswa kelas dua yang menjadi korban akan kembali masuk asrama dan belajar seperti biasa. "Sedangkan bagi siswa yang masih trauma akan didampingi oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Pidie Jaya untuk proses pemulihan," ujar Razali.
ADVERTISEMENT