Berjumpa Mallo, Robot Pembuat Teh di Korea Selatan

Konten Media Partner
1 November 2020 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Robot Mallo, pembuat teh di Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Robot Mallo, pembuat teh di Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
ADVERTISEMENT
Minggu lalu, acehkini sudah mengajak pembaca bermain ke cafe robot yang pandai membuat kopi. Ternyata Seoul, Korea Selatan tidak hanya punya robot barista. Kota masa depan ini juga punya robot yang bisa membuat teh ala Jepang dengan rasa yang pas dan cepat.
ADVERTISEMENT
Bagaimana rasa teh yang dibuat robot? Pekan lalu, saya bersama Yuma, seorang teman dari Jepang memutuskan mencari hidangan khas negeri sakura. Selama pandemi COVID-19, Ia tidak pernah pulang ke negaranya. Kangen rasa teh racikan neneknya, kami memutuskan mencari macha atau teh hijau.
“Setiap ke rumah, nenek dulu selalu membuatkan teh hijau pakai susu karena nenek tau saya tidak suka rasa yang hambar,” kisah Yuma. Nenek Yuma sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Saat rindu Ia selalu mencari teh.
Bagi orang Jepang, minum teh merupakan tradisi turun-temurun. Setiap rumah hampir semuanya punya perangkat mengolah teh hijau atau paling tidak teh instan. “Di rumah nenek selalu ada teh, karena tamu yang datang akan dijamu dengan teh, dan ini juga merupakan tanda penghormatan dari tuan rumah,” jelasnya.
Teh buat Robot Mallo. Foto: Khiththati/acehkini
Orang Jepang punya cara tersendiri mengolah teh baik ocha maupun macha. Setiap cafe punya rasa teh yang berbeda, walaupun enak namun kebanyakan dibuat dengan serbuk instan. “Namun kalau berkunjung ke rumah nenek, teh yang dibuat terasa lebih istimewa karena diolah langsung dari awal. Bahkan ibu saya juga tidak bisa membuat teh dengan cita rasa yang sama,” kisah Yuma.
ADVERTISEMENT
Ocha adalah sebutan bahasa Jepang untuk teh hijau, yang daun tehnya masih utuh biasanya diseduh air panas. Sedangkan macha adalah adalah daun teh yang sudah digiling dan menjadi halus. Secara tradisional, proses pengilingan ini menggunakan batu. Bila ocha dinikmati dengan rasa tawar, maka macha biasanya ditambahkan pemanis seperti susu dan lainnya.
Saya dan Yuma menuju cafe yang berada tidak jauh dari Seoul Forest, atau juga dapat ditempuh dari Ttukseom Station exit 8. Didesain sederhana dan minimalis, bangunannya terlihat biasa saja dari luar, tidak mencolok. Hanya warna hijau muda di papan nama yang membuat pengunjung dapat dengan mudah menemukan tempat ini.
Cafe Super Macha di Seoul, Korea Selatan. Foto: Khiththati/acehkini
Super Macha, begitu namanya. Tempat ini mempunyai sajian khas teh hijau. Buat yang binggung memilih menu, pengunjung dapat melihat terlebih dahulu daftar yang dipajang di depan pintu masuk berserta harga produk yang ada.
ADVERTISEMENT
Super Macha memang mempunyai beberapa cafe. Namun, yang berada di kawasan Seongsu ini memiliki robot bernama ‘Mallo’, siap membantu mengaduk teh sebelum karyawan yang lain menghidangkannya. Seperti brandnya di tempat lain, macha yang dijajalkan di sini mengutamakan bahan alami dan tanpa gula. Stevia merupakan pemanis yang digunakan di sini.
Pada proses pembuatan macha ala Jepang, selalu diawali dengan mempersiapkan wadah seperti mangkok namun tidak begitu besar atau chawan, bubuk teh, sedikit air panas dan alat seperti kocokan yang terbuat dari bambu yang mekar atau chasen untuk mengaduk teh agar memiliki cita rasa yang tepat.
“Di Jepang ada upacara minum teh yang terkenal, namanya Sado,” kisah Yuma.
“Semua gerakan harus benar-benar teratur dan menurut saya itu sulit bahkan ada lesnya untuk bisa belajar dan mahir membuat,” tambahnya lagi.
ADVERTISEMENT
Nah, di Super Macha ini semua gerakan awal dilakukan oleh Robot Mallo. Ia yang memutar mangkok teh setelah pegawai cafe menuang air dan bubuk macha. “Di upacara minum teh, cara memutar chawan inilah yang membuat cita rasa berbeda dengan minuman teh yang instan,” ujar Yuma.
Yuma, merasakan teh buatan robot. Foto: Khiththati/acehkini
Setelah memesan kami melihat bagaimana Robot Mallo dengan cepatnya mengaduk mangkuk dengan alat seperti bambu mekar di jari tangannya. Dengan cepat mangkuk teh yang berisi sedikit air panas dan bubuk teh ini tercampur sempurna dan menghasilkan gelembung. Hanya dalam hitungan 20 detik, Mallo selesai melakukan pekerjaannya.
Ini menghemat sedikitnya 30 detik dari yang dilakukan seorang profesional. Tidak hanya itu, Mallo siap mencuci alatnya sendiri setelah selesai membuat campuran dasar. Setelah itu, karyawan cafe akan menambah susu atau bahan lain sesuai pesanan dan macha pun siap untuk dihindangkan.
ADVERTISEMENT
Putaran yang dilakukan oleh robot saat membuat macha ini tentu lebih menghemat tenaga dan waktu. Karena mengocok dalam jangka waktu lama sedikit sulit dilakukan dengan cara manual, karena harus menggunakan kekuatan yang konsisten untuk waktu lama yang nantinya berpengaruh pada cita rasa. Jadi kerja keras Mallo layak dipuji.
Bagaimana rasanya? “Enak walaupun dibuat oleh robot, rasa kangen terhadap teh buatan nenek sedikit terobati,” kata Yuma sambil menikmati minuman di gelasnya. “ini betul-betul menarik.”
Robot dan pekerja di cafe Super Macha. Foto: Khiththati/acehkini
Saat kami datang, tidak terlalu banyak pelanggan di dalam karena cafe hampir tutup. Kedai ini sendiri buka setiap harinya dari jam 11 pagi sampai 9 malam. Bagaimana, tertarik berjumpa dengan Mallo? Masukan Super Macha dalam list liburan anda berikutnya di Korea Selatan. []
ADVERTISEMENT
Lihat aksinya dalam video berikut: