Film Dokumenter Angin Timur Diputar di Kampus MJC Banda Aceh

Konten Media Partner
25 September 2022 14:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Film dokumenter Angin Timur karya tim Ekspedisi Indonesia Baru diputar di Muharram Journalism College (MJC) Banda Aceh. Foto: Habil Razali/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Film dokumenter Angin Timur karya tim Ekspedisi Indonesia Baru diputar di Muharram Journalism College (MJC) Banda Aceh. Foto: Habil Razali/acehkini
ADVERTISEMENT
Film dokumenter Angin Timur karya tim Ekspedisi Indonesia Baru diputar di Muharram Journalism College (MJC) Banda Aceh, Jalan Angsa Nomor 23, Gampong Batoh, Lueng Bata, Sabtu (24/9) malam.
ADVERTISEMENT
Pemutaran film tersebut diinisiasi oleh mahasiswa MJC angkatan ke-17. Tak cuma nonton bersama, kegiatan itu turut diwarnai dengan kenduri kuah beulangong masakan Ucok Suparta.
Angin Timur adalah film dokumenter kedua dari Ekspedisi Indonesia Baru setelah Silat Tani. Angin Timur berkisah tentang nelayan di tengah tekanan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Nelayan begitu terpukul karena biaya produksi makin tinggi, tapi penghasilan kian tak pasti.
Film berdurasi 1 jam 41 menit tersebut juga menyorot masalah kerusakan alam dan bisnis oligarki yang nelayan hadapi.
Kepala MJC Banda Aceh, Reza Munawir, mengatakan setelah pemutaran film dilakukan pengumpulan donasi dari penonton untuk disumbangkan seluruhnya kepada tim Ekspedisi Indonesia Baru.
"Uang terkumpul Rp 320 ribu. Semoga perjalanan Dandhy dan kawan-kawan sampai ke Aceh," katanya.
Penyerahan donasi yang terkumpul saat nonton bareng.
Tim Ekspedisi Indonesia Baru terdiri atas dua jurnalis senior Indonesia: Dandhy Dwi Laksono dan Farid Gaban, serta dua anak muda: Yusuf Priambodo dan Benaya Ryamizard Harobu.
ADVERTISEMENT
Menggunakan sepeda motor, mereka keliling Indonesia dengan titik mula di Wonosobo, Jawa Tengah, pada 1 Juli 2022.
Pada 2009 silam, Farid Gaban sukses melakukan perjalanan serupa bersama Ahmad Yunus dengan tajuk Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa. Adapun Dandhy Dwi Laksono juga melakukannya pada 2015 bersama Suparta Abdul Razak alias Ucok Parta, jurnalis asal Aceh.[]