Film ‘Prasangka’ Karya Sineas Aceh, Kisah Penyakit Dikira Guna-guna

Konten Media Partner
23 Oktober 2019 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dok. Film Prasangka
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Film Prasangka
ADVERTISEMENT
Sebuah film kolaborasi komunitas sineas muda Aceh akan ditayangkan pada Gala Premiere di gedung Badan Peninggalan Nilai Budaya (BPNB) Banda Aceh, Kamis (24/10), Pukul 16.00 WIB. Film ini berkisah tentang ancaman penyakit yang bisa diderita siapa saja.
ADVERTISEMENT
Film dengan judul Prasangka berdurasi 45 menit ini diharapkan bisa memberikan wawasan dan pengajaran kepada masyarakat mengenai sebuah penyakit yang dibawa oleh nyamuk.
Penyakit tersebut ialah filariasis, dibawa oleh nyamuk yang terinfeksi cacing filaria. Apabila nyamuk tersebut menggigit manusia, maka yang tergigit juga akan terinfeksi cacing.
Penyakit ini tidak langsung dirasakan setelah digigit. Cacing yang hidup di darah manusia akan bereproduksi dan memberikan gejala benjolan di beberapa bagian. Setelah 5 sampai 10 tahun ke depan, penderita penyakit ini akan mengalami pembekakan pada kaki, kelamin atau beberapa bagian tubuh lainnya.
“Film ini menggambarkan bahwa tidak ada satupun yang bisa terhindar dari penyakit ini, baik muda dan tua, cantik atau pun tidak. Karena kita tidak tahu nyamuk mana yang terjangkit cacing filarial,” jelas Eva Hazmaini selaku penulis skenario Prasangka.
Dok. Film Prasangka
Film berkisah tentang gadis desa, mahasiswa berparas cantik yang terkena gejala Filariasis. Dia mencari penyembuhan. Oleh warga, dia diyakini telah diguna-guna alias santet oleh seorang pria misterius. Alurnya menarik disimak, dalam pengetahuan warga yang minim tentang berbagai penyakit langka.
ADVERTISEMENT
Konsep film yang ditawarkan tidaklah menegangkan. Film Prasangka ini disajikan dengan unsur komedi yang tidak membuat bosan para penonton dan tentunya tetap menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan.
“Yang ingin kita sampaikan adalah bagaimana masyarakat harus sadar dan peduli terhadap ancaman penyakit terutama filarisis yang bisa mengancam di mana saja, apalagi kita tinggal di wilayah tropis ini sebagai wilayah endemik filariasis,” ungkap Hadi Ramnit, produser film. []