Hope, Orang Utan yang Ditembaki 74 Peluru Semakin Membaik

Konten Media Partner
15 Maret 2019 19:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orang utan Hope dalam pemeriksaan di Pusat Rehabilitasi Orangutan Sibolangit, Sumatera Utara. Foto: Dok. SOCP
zoom-in-whitePerbesar
Orang utan Hope dalam pemeriksaan di Pusat Rehabilitasi Orangutan Sibolangit, Sumatera Utara. Foto: Dok. SOCP
ADVERTISEMENT
Orang utan bernama Hope yang ditembaki 74 peluru senapan angin di Subulussalam, kondisinya kian membaik. Nafsu makannya juga bertambah. Selain itu, Hope kini sudah banyak bergerak.
ADVERTISEMENT
Hal itu dikatakan oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Sapto Aji Prabowo, saat mengikuti aksi solidaritas untuk Hope di bundaran Simpang Lima, Kota Banda Aceh, Aceh, pukul 17.00 WIB, Jumat (15/3).
"Kami dapat update dari dokter di sana, Hope sudah mulai membaik dan nafsu makannya sudah banyak. Juga sudah mulai bergerak. Tapi tetap membatasi pergerakannya agar tidak semakin memperburuk keadaannya, terutama bahu sebelah kiri yang patah tulang dan mencuat keluar," tutur Sapto kepada jurnalis.
Saat ini, Hope dirawat di Pusat Rehabilitasi Orangutan Sibolangit, Sumatera Utara.
Patah tulang di bahu sebelah kanan, kata Sapto, dalam beberapa hari ini akan segera dioperasi untuk disambungkan kembali. Informasi dari dokter, kalau tidak dioperasi maka akan membahayakan tulang iga yang akan memengaruhi paru-paru hewan langka itu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dari 74 peluru yang bersarang di tubuh Hope, hanya tujuh butir yang baru berhasil diangkat. "Karena jika dilihat kondisi orang utan, jika terlalu banyak dikeluarkan maka akan terlalu banyak luka di tubuhnya. Jadi dokter memutuskan untuk menunda pengangkatan peluru tersebut," ujar Sapto.
Kepala BLSDA Aceh, Sapto AJI Prabowo memberikan keterangan terkait kondisi Hope di Simpang Lima, Banda Aceh, Jumat (15/3). Foto: Suparta/acehkini
Sapto menyebut, pengangkatan dilakukan pada peluru yang tidak terlalu dalam atau berada di kulit. Sementara peluru yang bersarang terlalu dalam tetap akan diangkat jika tidak mengganggu organ vital.
Menurut Sapto, jika dilihat kondisi Hope sekarang, tidak ada kemungkinan lagi untuk hidup di alam liar. "Kondisi seperti ini, mustahil bisa dilepasliarkan kembali. Nanti masuk ke lembaga konservasi, atau semacamnya, asal tidak dilepasliarkan," kata dia.
Saat ini, pihak BKSDA Aceh, sudah berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah Aceh, untuk mengungkap kasus penembakan orang utan tersebut. Selain itu, dirinya meminta polisi mensosialisasikan pelarangan penggunaan senapan angin ilegal. "Saya berharap ini tidak terlalu lama dan segera terungkap," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Total populasi orang utan di Sumatera saat ini mencapai 13.700 individu.
"Kalau melihat konversi habitat dan kasus kematian, keberadaan orang utan sangat terancam populasinya," pungkasnya.
Polisi Diminta Usut Penembakan
Dalam aksi di Simpang Lima, Kota Banda Aceh, Aceh, puluhan warga dan mahasiswa menuntut penegak hukum mengusut tuntas pelaku pembunuhan dan penembak orang utan Sumatera, Hope.
"Usut tuntas kasus ini," kata koordinator aksi, Nuratul Faizah.
Aksi solidaritas untuk Hope di Simpang Lima, Banda Aceh, Jumat (15/3). Foto: Suparta/acehkini
Selain itu, mereka meminta Kepolisian Daerah Aceh agar segera melakukan penertiban peredaran senapan angin. Karena menurut Faizah, senapan angin banyak digunakan untuk menembak satwa liar dan burung langka.
"Meminta Polda Aceh agar segera menertibkan senapan angin yang banyak digunakan untuk menembak satwa liar," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Faizah menyebut, polisi harus memburu pelaku penembakan Hope. Karena menurutnya, pelaku penembak dan pembunuh orang utan Hope bisa dijerat dengan Undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Pasal itu menyebut, pelaku yang melakukan penembakan terhadap orang utan, satwa dilindungi itu, dapat diancam 5 tahun penjara dan denda maksimal Rp100 juta. []
Reporter: Habil Razali