Imbas Banjir Aceh, Petani Tambak Udang dan Ikan Rugi Puluhan Ton

Konten Media Partner
6 Januari 2022 9:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kawasan tambak di Blang Mangat, Lhokseumawe yang rusak akibat banjir Aceh. Foto: Dok. Laung
zoom-in-whitePerbesar
Kawasan tambak di Blang Mangat, Lhokseumawe yang rusak akibat banjir Aceh. Foto: Dok. Laung
ADVERTISEMENT
Bencana banjir yang terjadi sejak pekan lalu di wilayah pesisir utara dan timur Aceh, mengakibatkan sentra produksi perikanan budidaya di Kota Lhokseumawe gagal panen. Kerugian ditaksir puluhan ton.
ADVERTISEMENT
Puluhan hektar tambak udang vaname, ikan bandeng dan nila di kawasan Kecamatan Blang Mangat, Lhoksumawe tergenang. Budidaya udang di sana dikelola oleh Kelompok Tani (Koptan) Jak U Neuheun, terletak di Kemukiman Meuraksa terdiri dari Gampong Teungoh dan Gampong Tunong.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kota Lhokseumawe, Azhar, mengatakan kerusakan tambak cukup berat, bahkan setelah dihantam banjir seluruh perikanan budidaya lepas dibawa arus. “Kerugian petani tambak sudah tidak terhitung lagi, selama ini petani menggeluti budidaya udang vaname, ikan nila dan ikan bandeng kualitas ekspor,” kata Azhar didampingi Wakil Ketua Koptan Jak U Neuheun, Abdul Rauf, Kamis (6/1/2022).
Kata Azhar, banjir membuat petani tambak merugi, karena praktis peternakan budidaya yang tinggal panen habis terbawa arus, padahal sebagian modal petani adalah hutang dengan pihak ketiga.
ADVERTISEMENT
Tambak yang rusak akibat banjir di kawasan Lhokseumawe. Foto: Dok. Laung
Petani tambak budidaya di Kecamatan Blang Mangat merupakan kawasan sentra utama penghasil perikanan budidaya di wilayah Lhokseumawe, yang dikelola secara tradisional. Untuk tambak udang, sekali panen mampu menghasilkan 5 ton sampai 10 ton udang vaname, atau kisaran 300 kilogram per hektar tambak.
Sedangkan untuk ikan nila maupun bandeng bisa menghasilkan 2 s/d 3 ton sekali panen. “Namun setelah terimbas banjir, paling hanya tersisa ratusan kilo saja. Padahal para petani tambak yang berjumlah sekitar 40 orang itu, kebanyakan modalnya adalah hutang, makanya pusing juga memikirkannya,” katanya.
Sementara Abdul Rauf berharap agar petani tambak budidaya diasuransikan oleh pihak DKPP Kota Lhokseumawe, sehingga jika terjadi sewaktu-waktu musibah banjir seperti sekarang ini petambak bisa tertolong. “Minimal hutang untuk modal membeli bibit, obat-obatan dan perbaikan tambak bisa terbantu dari asuransi, sekarang kami bingung bagaimana caranya untuk mengambalikan pinjaman modal kepada pihak ketiga,” sebutnya. []
ADVERTISEMENT