Jaringan Terorisme di Aceh Ditangkap, Pengamat: Ada Potensi Serangan Balik

Konten Media Partner
4 Agustus 2022 16:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Teroris Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Teroris Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Lima belas orang yang diduga terlibat jaringan terorisme di Aceh ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia dalam beberapa pekan ini. Pengamat Terorisme Al Chaidar mengatakan penangkapan ini bakal menimbulkan perlawanan dari kelompok teror.
ADVERTISEMENT
"Ya, [setelah penangkapan mereka] akan merevaluasi atau perlawanan serangan balik, tapi saya tidak tahu apakah akan terjadi di Aceh, Medan, atau tempat lain. Antara dua itulah Aceh dan Medan," ujar Al Chaidar saat dihubungi acehkini, Kamis (4/8).
Dosen Universitas Malikussaleh Lhokseumawe ini menyarankan masyarakat sipil sebaiknya tidak memantau pergerakan kelompok teroris karena sulit mengidentifikasinya. "Biar aparat saja. Juga terlalu berbahaya bagi orang sipil karena mereka memiliki senjata dan sebagainya. Mereka juga tidak segan-segan melakukan serangan," ujarnya.
Pengamat terorisme, Al Chaidar.
Rabu kemarin, Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri menangkap terduga Koordinator Teroris Wilayah Aceh jaringan Jemaah Islamiyah (JI) berinisial ISA (37 tahun) di salah satu kantor desa dalam Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa pekan ini, total sudah 15 orang yang diduga terlibat jaringan terorisme ditangkap di Aceh. Menurut Kepolisian Daerah Aceh, 13 orang di antaranya anggota JI dan dua orang anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Menurut Al Chaidar, Aceh memang telah lama menjadi wilayah rebutan beberapa jaringan terorisme. "Aceh menjadi pusat pergerakan jaringan Jemaah Islamiyah yang baru, jadi boleh dikatakan sekarang ini ada semacam kontestasi atau perebutan dari beberapa kalangan kelompok teroris untuk menjadikan Aceh sebagai basis."
Selain JI, jaringan terorisme berafiliasi dengan ISIS, Jamaah Ansharut Daulah, juga ingin menjadikan Aceh sebagai basis. Tapi pergerakan di Aceh lebih dulu dilakukan JI sejak 2000 yang dibawa oleh Ustaz Hambali.
"Mereka sudah lama menargetkan [Aceh] dan sudah banyak anggota mereka. Rata-rata bukan orang Aceh, tapi sekarang sudah ada juga orang Aceh," ujar Al Chaidar.
ADVERTISEMENT
Ia menyebut dua alasan mengapa kelompok teror ingin menjadikan Aceh sebagai basis. Pertama, kelompok terorisme senang Aceh menerapkan syariat Islam. Kedua, posisi spasial Aceh sangat strategis karena di wilayah paling barat Indonesia sehingga memudahkan akses melalui laut dan udara ke Malaysia atau negara lain.