Kata Pengamat soal Eks Panglima GAM Klarifikasi Referendum Aceh

Konten Media Partner
13 Juni 2019 18:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eks Panglima GAM, Muzakir Manaf. Foto: Abdul Hadi/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Eks Panglima GAM, Muzakir Manaf. Foto: Abdul Hadi/acehkini
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ragam komentar warga menghiasi media sosial, mereka menanggapi eks Panglima Gerakan Aceh Merdeka, Muzakir Manaf, yang mengklarifikasi pernyataannya soal referendum Aceh. Ada yang mendukung, namun tak sedikit yang berkomentar dengan nada miring.
ADVERTISEMENT
Misalnya, dalam komentar yang disampaikan melalui akun YouTube acehkini, yang menayangkan video klarifikasi Muzakir yang disampaikan dua hari lalu. “Syukurlah sadar juga, kami dukung Pak, asal jangan neko-neko lagi 😊,” tulis akun Inspironi.
Selanjutnya, “cut bang kembali ke pelukan kartini, hiks hits his…” tulis akun Kabar Aceh.
Dan masih banyak lainnya, mudah dicari di media sosial. Selain komentar-komentar tersebut, beredar pula pesan di forum-forum WhatsApp warga Aceh tentang Mualem--panggilan tenar Muzakir Manaf. Beredar juga meme tentang pernyataan Mualem dari waktu ke waktu.
Terkait polemik referendum, antropolog asal Aceh, Reza Idria, menilai pro dan kontra terhadap pernyataan Mualem wajar saja.
“Referendum adalah kata penting, momen penting, memori penting bagi orang Aceh. Jika beberapa waktu lalu Mualem kembali mengungkit kata tersebut maka ada konsekuensi yang berbanding lurus dengan aspek-aspek tersebut,” kata akademisi UIN Ar-Raniry Banda Aceh tersebut.
ADVERTISEMENT
Melihat momentumnya, pernyataan referendum Aceh oleh Mualem saat ini pastilah sangat berbeda dengan tahun 1999. Dulu, referendum masif disuarakan oleh multipihak di Aceh akibat represi militer dan hubungan buruk dengan Jakarta.
Reza mengakui sejak awal menanggapi pernyataan Mualem sebagai hak beliau berpendapat sebagai seorang warga negara, sikap yang wajar di alam demokrasi.
Kekeliruan ada pada khalayak, media, dan petinggi negara yang telah menganggap pernyataan Mualem sebagai ‘pendapat Aceh’ atau menyamakan tuntutan Mualem sebagai ‘tuntutan Aceh’.
“Mualem adalah orang, bukan orang-orang atau institusi. Ternyata ada pihak-pihak yang tidak bisa membedakan itu,” jelas Reza, doktor lulusan Harvard University.
Reza Idria. Dok. Pribadi
Menurutnya, Mualem kemudian menyadari hal tersebut, sehingga mengklarifikasi pernyataan beliau yang telah disalah-persepsikan oleh banyak pihak. Reaksi terhadap hasil Pilpres yang baru saja berlangsung telah mendorong banyak pihak menggunakan pernyataan tersebut sesuai kepentingan masing-masing.
ADVERTISEMENT
Bagi orang Aceh yang familiar dengan tata bahasa dan pola komunikasi beliau, banyak yang memahami konteks pernyataan Mualem soal referendum tidaklah bertendensi 'makar' seperti yang dipersepsikan mereka dari luar Aceh.
“Yang lebih bermasalah saat ini bagi saya adalah bukan kata ‘referendum’ tapi kata ‘makar’ yang sudah terlalu banal dan disalahgunakan oleh penguasa dalam menghadapi kritik. Demokrasi kita yang harusnya menjamin kebebasan berpendapat menjadi cedera karena itu,” pungkas Reza Idria.
Spanduk tolak referendum di kawasan Aceh Utara. Foto: warga
Pengamat Politik Aceh, Effendi Hasan, menilai pernyataan Mualem tentang klarifikasi terhadap pernyataan sebelumnya terkait referendum Aceh, didasari atas pertimbangan menjaga persatuan bangsa khususnya pasca-Pemilu Serentak 2019.
Pesta demoktrasi tersebut telah menimbulkan riak-riak kecil di seluruh pelosok Tanah Air secara umum.
ADVERTISEMENT
“Pernyataan klarifikasi dari Mualem juga untuk menjaga perdamaian Aceh yang telah sangat kondusif, sehingga masyarakat tidak terprovokasi kembali seperti era masa konflik Aceh,” katanya.
Pandangannya, pernyataan Mualem terakhir murni atas dasar pertimbangan tersebut, tidak ada penekanan dari pihak manapun.
“Pernyataannya (klarifikasi referendum Aceh) harus kita apresiasi sebagai putra terbaik bangsa, yang tetap mementingkan keutuhan dan persatuan bangsa dari unsur-unsur perpecahan pasca-Pemilu serentak,” ujarnya.
Penyataan referendum oleh eks Panglima GAM, Muzakir Manaf, heboh di Aceh dalam sebulan terakhir. Peryataan meminta referendum Aceh disampaikan pada haul Deklarator GAM, Teungku Hasan Muhammad Di Tiro, yang dirangkai dengan acara buka puasa bersama kader Partai Aceh dan undangan lainnya di Banda Aceh pada Senin (27/5).
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, pada Selasa malam (11/6), melalui video yang beredar, Mualem menyampaikan klarifikasi terkait pernyataannya tentang referendum Aceh. []
Reporter: Adi Warsidi