Keluhan Warga soal Debu Batu Bara di Aceh Barat

Konten Media Partner
10 Januari 2022 11:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Debu batu bara milik sebuah perusahaan di Aceh Barat menyusup ke permukiman, warga mengeluh.
Mobil pengangkut batu bara. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Gumpalan hitam pekat menyerupai asap mesin mengudara dari arah laut, cuaca berawan membuatnya terlihat cukup jelas terlihat dari jarak pandang 500 meter. Dalam hitungan detik, angin menyapu cepat hingga langit kembali terlihat bersih.
ADVERTISEMENT
Mata Agustiar teliti memperhatikan tanpa berkedip memandang ke arah barat laut. Di sana terdapat stockpile salah satu perusahaan tambang yang berdekatan dengan permukiman penduduk, tempat gumpalan hitam itu muncul. Dia meyakini itu adalah debu batubara yang dibawa bersama angin yang berhembus dan terus memberi teror kepada mereka.
"Coba lihat, itu kan debunya tu, itu terbang langsung ke permukiman masyarakat," katanya menunjuk ke arah stockpile milik perusahaan batubara PT Mifa Bersaudara.
Jumat (07/01/2022), acehkini bersama jurnalis lain menyambangi Desa Peunaga Cut Ujong, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat. Salah satu desa terdekat dengan perusahaan batu bara tersebut.
Agustiar -kerap disapa Agus- adalah Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Desa Peunaga Cut Ujong, terus memandu kami ke beberapa lokasi yang masih sangat terdampak debu batu bara. Salah satunya di pesantren Miftahussalam, tempat pengajian anak-anak.
ADVERTISEMENT
“Kita tahu lokasi tempat ngaji anak anak ini memang sangat bahaya, ketika ada angin kencang kita berdiri sepuluh menit aja langsung mata kita pedih, apalagi pernafasan kita, ketika kita lewat di jalan saja terasa,” kata Agus.
Agustiar menunjukkan debu batu bara di rerumputan. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Di benak Agus, rasa khawatir akan kesehatan para murid yang berjumlah 100 orang tersebut sangat perlu diperhatikan, apalagi yang menimba ilmu agama di tempat itu kebanyakan dari kalangan anak-anak.
Agus menjelaskan, sebelumnya pihak pengurus tempat pengajian memiliki niat untuk memindahkannya, dengan meminta ganti rugi lahan kepada perusahaan. Namun, hingga kini permohonan tersebut belum ada respon.
Setiap harinya para santri dan pengelola pondok pengajian harus melakukan gotong royong sebelum ngaji. Lantai balai pengajian yang akan digunakan harus dibersihkan dulu dari debu yang menyasar di sana. Tak hanya lantai, dinding, plafon dan rekal (tempat menaruh Al-Qur’an) ikut terpapar debu. “Kami juga sudah minta jaring untuk pagar supaya jangan langsung masuk debunya,” ujar Agus.
ADVERTISEMENT
Selain tempat pengajian, permukiman warga juga sudah lebih dulu terdampak. Namun, sama seperti yang dirasakan Agus, warga telah lelah bersuara.
Perusahaan terkait hanya bisa mengadakan program pengecekan kesehatan gratis yang dilakukan rutin setiap bulan. Namun, selama adanya pandemi COVID-19 sejak awal 2020, program kesehatan gratis itu tidak ada lagi.
“Kalau layanan kesehatan selama pandemi ini memang ga ada, sebelum pandemi saya dengar ada mereka (perusahaan) laksanakan pelayanan kesehatan sebulan sekali di Polindes, paling-paling mereka ngasih pengobatan gratis sebulan sekali,” sebutnya.
Agus menilai, tindakan perusahaan yang mengambil langkah penyetopan layanan kesehatan gratis di tengah pandemi bukanlah hal yang tepat. Karena di masa pandemi pelayanan kesehatan menjadi kebutuhan utama apalagi ditambah dengan adanya debu batu bara.
Debu batu bara menempel di lantai tempat pengajian anak-anak. Foto: Siti Aisyah/acehkini
Wakil Kepala Teknik Tambang PT Mifa Bersaudara, Indra Basudewa mengakui program pengobatan keliling dan program penyuluhan kesehatan gratis terakhir dilaksanakan pada tahun 2019 lalu. Hal ini sempat tertunda pada 2020 dan 2021, saat pandemi Corona melanda.
ADVERTISEMENT
"Tahun 2022 (sekarang) perusahaan sudah merencanakan kembali untuk program pengobatan keliling ini," kata Indra dalam keterangan tertulis yang diterima acehkini, Sabtu (8/1/2022).
Menurutnya, PT Mifa Bersaudara berkomitmen penuh untuk pengelolaan lingkungan secara maksimal dengan melakukan rekomendasi atau arahan teknis terkait pengendalian debu dari dinas terkait seperti pembangunan dust net, penghijauan, water spray, dust suppression system dan selalu melakukan improvement berkelanjutan.
“Di samping itu Perusahaan juga telah melakukan pelepasan hak atas tanah dan bangunan di dusun pertanian kepada 16 KK yang berdampingan langsung dengan kegiatan perusahaan,” tutupnya. []