Kisah Anggota Polisi di Aceh, Gendong Anak Jaga Kotak Suara

Konten Media Partner
26 April 2019 21:49 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Brigadir Teuku Murizal Saputra tengah meninabobokan anaknya saat bertugas mengawal rekapitulasi perolehan suara Pemilu 2019 di Aceh Utara. Foto: Koleksi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Brigadir Teuku Murizal Saputra tengah meninabobokan anaknya saat bertugas mengawal rekapitulasi perolehan suara Pemilu 2019 di Aceh Utara. Foto: Koleksi pribadi
ADVERTISEMENT
Rekaman video memperlihatkan polisi bernama Brigadir Teuku Murizal Saputra (32 tahun) sedang menggendong anaknya saat bertugas mengawal rekapitulasi suara pemilihan umum (Pemilu) 2019 di Aceh Utara, Provinsi Aceh, viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
Video itu diunggah oleh Teuku Murizal di akun Facebook pribadinya bernama Teuku Putra, pada Kamis (25/4) pukul 14.21 WIB. Hingga Jumat malam (26/4), video itu telah disukai oleh lebih dari 3 ribu orang dan telah dibagikan lebih dari 2.600 kali.
Teuku Murizal merupakan anggota Polres Aceh Utara di Satuan Pembinaan Masyarakat (Satbinmas). Ia tinggal di Gampong Tumpok Barat, Kecamatan Matang Kuli, Aceh Utara. Saat dihubungi Acehkini, Jumat (26/4) malam, Murizal bercerita panjang lebar tentang kesehariannya sebagai single parent yang bertugas menjadi polisi dan mengurus dua anak.
Kedua anaknya tersebut bernama, Teuku Sakiral (7 tahun) dan Pocut (2,5 tahun). Teuku Murizal menjadi ayah sekaligus ibu bagi kedua anaknya setelah istrinya meninggal dunia 28 hari usai melahirkan Pocut.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Rabu (24/4), Teuku Murizal membawa anak pertamanya, Teuku Sakiral, ke tempatnya bertugas. Biasanya kedua anaknya tersebut ia titipkan kepada ibu mertuanya. Namun, hari itu, ibu mertuanya ada keperluan ke Banda Aceh dan membawa cucunya Pocut. Sementara Sakiral tidak mau ikut neneknya dan memilih tinggal bersama sang ayah.
Kemudian, malamnya Teuku Sakiral ikut menemani Teuku Murizal bertugas menjaga kotak suara di Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Tanah Luas, Aceh Utara. Sakiral sempat tertidur di atas kursi di dalam sebuah ruangan tempat rekapitulasi suara dilaksanakan.
Teuku Sakiral saat masih tidur di atas kursi. Foto: Koleksi pribadi
Menjelang pukul 02.00 WIB, Kamis (25/4) dini hari, petugas PPK merasa kelelahan dan sepakat untuk istirahat. Saat semua petugas keluar dari ruangan rekapitulasi suara, pintunya harus ditutup dan dikunci. Saat itulah Teuku Murizal kemudian menggendong anaknya keluar dari ruangan. Aksinya itu direkam oleh temannya dan dibagikan sehingga viral di media sosial.
ADVERTISEMENT
"Jadi gudangnya itu memang harus ditutup. Jadi tidak boleh ada yang tinggal di dalam ruangan. Karena memang dia (Teuku Sakiral) sudah dari awal tidur di situ (dalam ruangan) kebetulan juga dia tidur di dalam sarung, jadi enggak bangunin lagi, saya gendong saja keluar," tutur dia.
Menjadi Ibu Sekaligus Ayah Usai Kehilangan Istri
Teuku Murizal kehilangan istrinya 28 hari usai melahirkan anak keduanya Pocut. Istrinya melahirkan Pocut secara operasi sesar di Kota Lhokseumawe. Sepekan setelah operasi di rumah sakit, istrinya diperbolehkan pulang ke rumah.
Kemudian, 10 hari setelah istrinya melahirkan, Teuku Murizal mendapat perintah mewakili Polda Aceh untuk mengikuti pelatihan e-tilang di Korlantas Polri di Jakarta. "Sepulang saya dari sana, dua hari saya bersama istri, dia mengalami pendarahan hebat," kata dia.
Brigadir Teuku Murizal Saputra bersama anaknya. Foto: Koleksi pribadi
Pendarahan tidak berhenti sehingga istri Teuku Murizal harus operasi pengangkatan rahim. Menurut penuturan dari dokter, operasi pengangkatan itu merupakan satu-satunya cara untuk menghentikan pendarahan.
ADVERTISEMENT
"Saya dipanggil oleh dokter, katanya tidak ada cara lain. Cuma satu cara mau enggak mau siap enggak siap, yaitu angkat rahim. Saya pun terima. Setelah operasi dibawa ke ruang ICU, di sana cuma bertahan 1,5 jam, kemudian meninggal," cerita Teuku Murizal.
Pocut yang saat itu masih kecil, belum sempat mengenal sosok ibunya. Menurut Murizal, pernah pada suatu hari ketika Pocut mulai bisa berbicara, dia melewati sebuah sekolah Paud. Di sana Pocut melihat anak-anak sebayanya ditemani oleh ibunya.
"Sampai-sampai dia tanya, kenapa ibu saya berkumis? Bahkan ketika saya memperlihatkan foto pernikahan kami, Pocut tanya itu siapa? Kakak ya?" kata Murizal. Pocut baru mengetahui ibunya telah tiada setelah diajak berziarah ke kuburan ibunya beberapa bulan lalu.
ADVERTISEMENT
"Anak Pertama Kemana-mana Saya Bawa"
Menjadi ayah dan ibu bagi kedua anaknya membuat Teuku Murizal harus pintar membagi waktu antara mengasuh anak dan menjalankan tugas di kepolisian. Berbeda dengan Pocut yang selalu dititipkan kepada neneknya, Sakiral sama sekali tidak ingin jauh dari sang ayah.
Teuku Murizal membawa Sakiral kemana saja dia pergi, termasuk bertugas di kepolisian. "Yang kecil sering sama mertua. Mertua ngurusnya di saat saya tidak ada di rumah. Kalau yang besar ke mana-mana saya bawa," tutur dia.
Bahkan dalam dua tahun terakhir, Sakiral ikut menemani sang ayah bertugas di pos mudik lebaran. Selain itu, Sakiral juga pernah tidur di karpet tipis di Polsek Panton Labu, Aceh Utara, ketika Teuku Murizal ketika bertugas sebagai Kepala Unit Pembinaan Masyarakat di sana.
ADVERTISEMENT
Menurut Teuku Murizal, sejak istrinya meninggal dunia, dia tidak punya waktu lagi untuk nongkrong bersama teman. Bahkan dia yang saat itu bertugas di Polsek Panton Labu meminta dipindahkan ke Polres Aceh Utara supaya dekat dengan anaknya. Selain itu, dia ingin ditempatkan di posisi yang tidak ada piket malam.
"Kalau siang saya terserah mau disuruh apa aja saya kerjakan semaksimal mungkin, kalau malam hari tolong kasih waktu saya buat anak," sebut Teuku Murizal Saputra.
Reporter: Habil Razali