Kisah dari Panti Darul Amna, Aceh: Tempat Berteduh Yatim dan Anak Terlantar (1)

Konten Media Partner
23 Oktober 2020 17:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak-anak Panti Darul Amna. Foto: Zulfurqan
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak Panti Darul Amna. Foto: Zulfurqan
ADVERTISEMENT
Yatim piatu, anak terlantar dan dhuafa, para penghuni Panti Asuhan Darul Amna Mutiara, Kabupaten Pidie, Aceh, berharap asrama baru yang lebih layak huni. Selama ini mereka tinggal di pondok-pondok kayu serba kekurangan. Mereka belajar agama dan pendidikan lainnya untuk menyongsong masa depan lebih baik.
ADVERTISEMENT
“Secara manusia, saya memang tidak akan sanggup menafkahi mereka (anak-anak asuh). Tapi saya yakin Allah membantu saya,” kata Tgk Rahmatullah (43 tahun), Kamis (22/10/2020). Dia sudah 17 tahun mengasuh para santri di panti asuhan sekaligus dayah (pesantren) Yayasan Darul Amna Mutiara, yang terletak di Gampong Dayah Usi, Mutiara Timur, Kabupaten Pidie.
Darul Amna didirikan oleh Tgk Zakaria, ayahnya Tgk Rahmatullah, pada 27 September 1996, yang merealisasikan amanah pencetusnya, Teungku Daud Beureueh, semasa hidupnya. Santri di sana datang dari latar berlatar beragam, korban konflik Aceh, korban tsunami, yatim/piatu, dhuafa, dan anak-anak terlantar. Mereka mendapatkan tempat tinggal, makan, dan pendidikan gratis dari yayasan.
Lokasi Panti Asuhan Darul Amna. Foto: Zulfurqan
Fasilitasnya masih serba kekurangan, sebagian besar dibangun dari sisa kayu dan seng yang berasal dari renovasi rumah warga serta sumbangan dermawan. Tak jarang ketika hujan, asrama mengalami kebocoran dan ditembus hawa dingin. Apalagi lokasinya berada di tengah area persawahan.
ADVERTISEMENT
Tgk Rahmatullah yang diakrab sapa Waled, mengatakan santri perempuan berjumlah 60 orang tinggal di asrama kayu berukuran 15 x 6 meter. Di tempat berbeda, 40 santri laki-laki juga tinggal di asrama kayu berukuran 15 x 6 meter. Rencananya, santri laki-laki akan dipindahkan ke asrama baru bila tersedia dana pembangunannya. Kemudian asrama lama laki-laki akan ditempati sebagian santri perempuan agar mereka tidak lagi tinggal berdesakan.
Ia berkeinginan membangun tambahan asrama baru untuk santri. Namun, untuk memenuhi biaya operasional yayasan ia sudah sangat kesulitan. “Mudah-mudahan kami bisa membangun asrama segera agar anak-anak bisa tidur lebih lelap dan aman,” harapnya.

Anak-anak di Darul Amna

Yana (5 tahun, nama samaran) tampak cukup santai duduk di samping Waled, sosok lelaki yang sudah dianggap ayah kandungnya sejak berusia 3 tahun. Sorot mata anak itu teduh, sesekali ia tersenyum malu-malu. Di usia 3 tahun, Yana bersama kakaknya, Rahmi (8 tahun, nama samaran) dan abangnya, Arel (12 tahun, nama samaran), ditinggal pergi oleh orang tuanya yang kini berada di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Kemudian Yana tinggal bersama nenek dari keluarga ayahnya. Tak jarang ia mendapatkan perlakuan tidak baik dari neneknya. Tidak ada satu orang pun tahu persis bagaimana ceritanya sehingga mereka bertiga akhirnya diantar ke Darul Amna.
Yana hampir tidak pernah mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua layaknya anak-anak lain. Harapan hidupnya tumbuh tatkala Waled memberikannya tempat nyaman berlindung. “Banyak anak-anak di sini yang tidak kami tahu asal usulnya. Kami menerima mereka dengan ikhlas,” ujar Waled.
Santri perempuan belajar mengaji. Foto: Zulfurqan
Di Darul Amna juga ada Diniati (8 tahun, nama samaran), berasal dari Matang Glumpang Dua, Bireuen. Kedua orang tuanya bercerai, sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya. Dulu Diniati tinggal bersama neneknya yang berusia sangat senja. Untuk memenuhi kebutuhan sendirinya saja ia sulit. Hal itu memaksa neneknya menitipkan Diniati ke Yayasan Darul Amna.
ADVERTISEMENT
Tak jarang beberapa anak asuh di sana menyendiri dalam kesedihan. Untuk menghibur mereka, sesekali Waled membawa mereka jalan-jalan menuju pantai, sungai, dan tempat-tempat wisata murah menggunakan becak, dan mobil tua peninggalan almarhum ayahnya. Ia ingin mengurangi kesedihan anak-anak asuh akibat jauh dari keluarganya. [bersambung] Zulfurqan
Anak-anak di Panti Asuhan Darul Amna. Foto: Zulfurqan
Note: ACT Aceh sedang melakukan penggalangan pembangunan asrama baru untuk Yayasan Darul Amna. Bagi yang ingin berpartisipasi, dapat menyalurkan kedermawanannya melalui rekening Bank Aceh 01001930009312, BNI Syariah 1010000137 atas nama Yayasan Global Wakaf. Konfirmasi donasi dapat melalui pesan langsung ke instagram @act_aceh atau WhatsApp 082283269008.
Dalam hadistnya yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda: “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini (kemudian Rasulullah SAW mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah, serta agak merenggangkan keduanya).”
ADVERTISEMENT