Kisah Fitri di Sabang, Aceh: Sukses Berdagang Daring Berkah Telkomsel

Konten Media Partner
20 Agustus 2020 18:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keindahan wisata di kawasan Teupin Layeu, Sabang, wilayah titik nol Indonesia. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Keindahan wisata di kawasan Teupin Layeu, Sabang, wilayah titik nol Indonesia. Foto: Ahmad Ariska/acehkini
ADVERTISEMENT
Fitri Juliana kini boleh dibilang sudah sukses lewat usaha yang dirintisnya dalam lima tahun terakhir. Meski berada di pulau terluar sekaligus ujung barat Indonesia, Kota Sabang, Aceh, tak memupuskan semangat perempuan 30 tahun ini untuk berdagang dalam jaringan (daring). Daerah itu dikenal sebagai salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dari pulau tempat tugu titik nol kilometer menjulang itu, Fitri sangat mudah terhubung ke pelanggan atau penjual barang grosir di seluruh Indonesia. "Ini karena layanan Telkomsel semakin bagus yang menjangkau seluruh pelosok Nusantara," katanya kepada acehkini, Rabu (19/8).
Fitri awalnya tak pernah punya niat menjadi seorang pedagang daring. Ia merintis usaha itu setelah mencoba membeli sebuah barang melalui aplikasi belanja daring pada medio 2015. Barang yang dibelinya itu kemudian mendapat perhatian teman-temannya.
"Mereka ternyata juga tertarik dengan barang yang saya beli itu. Nah kemudian saya berpikir, kenapa enggak sekalian saya belanja banyak dan menjualnya ke mereka," ujar Fitri.
Fitri dengan masker dagangannya, siap dikirimkan ke pelanggan. Dok. pribadi
Dengan modal nekat, Fitri lalu mencoba membelanjakan barang secara daring dengan jumlah yang banyak, terutama pakaian. Barang-barang tersebut sebagian besar dikirim dari Bandung dan Jakarta. Pengiriman barang itu, butuh waktu sepekan atau lebih hingga mendarat di Kota Sabang.
ADVERTISEMENT
Tak disangka, barang dagangan tersebut begitu tiba di rumahnya di Desa Balohan, Kecamatan Sukajaya, Sabang, langsung ludes. "Mereka rupanya sangat minat karena kualitasnya bagus dan harga murah," katanya.
Pengalaman itulah yang menumbuhkan semangat Fitri untuk lebih serius berdagang daring. Lambat laun, usaha Fitri semakin berkembang. Dalam perjalanannya, ia bukan hanya menjadi penjual ulang barang di toko daring, namun juga membuka toko di salah satu situs layanan belanja daring.
Di situs itu, ia menjajakan suvenir khas Sabang dan Aceh, seperti tas dan kaus bermotif Aceh. "Banyak juga yang belinya, saya pernah kirim ke Buton dan Kalimantan," ujarnya.
Kini, dengan berdagang daring, Fitri meraup untung hingga Rp 5-10 juta per bulan. Angka ini kadang-kadang meningkat saat situasi pandemi COVID-19 sekarang ini yang menuntut orang belanja dari rumah, mencegah penyebaran pagebluk.
Tugu Nol Kilometer Indonesia di Kota Sabang. Foto: Husaini Ende/acehkini
Meski Sabang termasuk pulau terluar, Fitri sangat bersyukur karena sinyal Telkomsel di sana begitu kuat. Dengan sinyal 4G LTE, ia bisa terhubung dengan pelanggannya dan juga penjual daring lainnya di seluruh Indonesia, baik dengan video call melalui aplikasi berbagi pesan maupun panggilan suara.
ADVERTISEMENT
Kini, saban hari jemari Fitri asik menari-nari di atas layar gawai. Ia disibukkan dengan membalas pesan masuk dari pelanggan atau mengecek barang yang ia beli untuk dijual kembali. "Jika sehari saja tidak ada sinyal Telkomsel, usaha saya bisa jadi merugi," ujarnya. [*]