Kisah Jihad Santri Aceh Membunuh Controleur Belanda dengan Kelewang

Konten Media Partner
22 Oktober 2021 17:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Teungku Ubit, santri dayah Keunaloi, Seulimum, Aceh Besar, terpengaruh ajakan jihad dalam hikayat Prang Sabi. Dia membunuh seorang pejabat Belanda, di tahun terakhir keberadaan pemerintah kolonial di Aceh.
Rumah Controleur Belanda di Seulimum masih terawat hingga kini. Foto: Iskandar Norman
Usai mengaji pada suatu malam, 23 Februari 1942, lantunan syair-syair hikayat Prang Sabi tentang kewajiban membela agama dan memerangi kafir, diperdengarkan para pengajar di Dayah Keunaloi, Seulimum, Aceh Besar. Para santri menyimak dengan baik.
ADVERTISEMENT
Hal lazim terjadi di dayah-dayah Aceh pada masa itu. Hikayat Prang Sabi didendangkan untuk semangat menentang penjajah. Pemerintah Kolonial Belanda sempat melarang hikayat ini dibacakan, jika ditemukan akan ditangkap.
Namun, di tempat-tempat tertentu hikayat ini tetap dilantunkan di depan penduduk, guna membangkitkan semangat jihad. Bahkan di Dayah Keunaloi, santrinya mendapat wejangan khusus untuk mempelajari hikayat Prang Sabi.
Salah satu santri adalah Teungku Ubit, masih 16 tahun. Jelang tengah malam, usai semua kegiatan berakhir di dayah, Teungku Ubit mengambil kelewang (sejenis pedang) di dalam biliknya. Dia mengajak serta temannya Pang Leh, untuk berjihad melawan Pemerintah Kolonial Belanda.
Sasarannya malam itu adalah rumah dinas Tiggelman, Pejabat Controleur Belanda di pasar Seulimum. Controleur atau kontrolir adalah sebuah jabatan pemerintahan zaman Hindia Belanda, tugasnya sebagai penghubung antara Pemerintah Belanda dengan pribumi.
ADVERTISEMENT
Tiba di Pasar Seulimum, Teungku Ubit dan Pang Leh menyusup ke rumah dinas Tiggelman. Mereka mengetuk pintu dan dibuka Tiggelmanm tanpa sadar pemuda tanggung yang datang ke rumahnya adalah ancaman nyata.
Tiggelman baru sadar ketika kelewang Teungku Ubit mendarat di tubuhnya. Dibacok berulang kali hingga rebah bersimbah darah. Setelah melakukan aksinya, Teungku Ubit dan Pang Leh kembali ke dayah dengan selamat.
Kejadian itu berlangsung di tahun terakhir keberadaan Belanda di Aceh. Pengaruh Jepang telah masuk, gelombang pemberontakan masyarakat Aceh mengusir Belanda terjadi di mana-mana.
Kini, setiap melewati pasar Seulimuem, kita bisa melihat rumah panggung bekas rumah dinas Controleur Tiggelman, tempat peristiwa pembacokan itu terjadi. Sekitar tahun 2008, Yayasan Bustanus Salatin Aceh membuat sebuah prasasti di halaman rumah tersebut. Isinya, berupa keterangan dalam tiga bahasa tentang pembunuhan Tiggelman oleh santri Aceh itu.
Tugu di depan rumah Controleur Belanda di Seulimum. Foto: Iskandar Norman
Berikut isinya:
ADVERTISEMENT
Selamat Hari Santri Nasional 2021.
Penyumbang bahan: Is Norman