Kisah Pesantren di Aceh: Resep Belajar Tatap Muka Tetap Aman Meski Pandemi

Konten Media Partner
25 Oktober 2020 13:35 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Santri Dayah Terpadu Inshafuddin di Banda Aceh menjalani pemeriksaan suhu tubuh. Foto: Ustaz Muhammad Syukri untuk acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Santri Dayah Terpadu Inshafuddin di Banda Aceh menjalani pemeriksaan suhu tubuh. Foto: Ustaz Muhammad Syukri untuk acehkini
ADVERTISEMENT
Matahari sudah sepenggalah. Ratusan santri Dayah Terpadu Inshafuddin Banda Aceh bergegas ke tanah lapang di halaman. Di sana, mereka membentuk barisan. Antar santri terpaut sekitar satu meter. Sesudahnya, anggota tubuh mereka mulai bergerak serentak mengikuti instruktur yang berdiri di depan.
ADVERTISEMENT
Santri di kompleks pesantren terletak di Desa Lambaro Skep, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh, itu tengah mengikuti senam kebugaran. Digelar saban pagi, olahraga itu bertujuan meningkatkan imunitas tubuh untuk mencegah paparan virus corona.
Meski kasus pandemi belum melandai di Aceh, Dayah Inshafuddin sudah menerapkan pembelajaran tatap muka sejak 7 Agustus 2020. Pengurus lembaga pendidikan Islam itu menerapkan protokol kesehatan ketat untuk membatasi penularan virus.
Santri Dayah Terpadu Inshafuddin di Banda Aceh saat mengikuti senam kebugaran. Foto: Ustaz Muhammad Syukri untuk acehkini
Pesantren turut membentuk tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19. Tim ini mengawasi penerapan protokol kesehatan. Misalnya, memeriksa suhu tubuh dan menyemprotkan disinfektan pada barang bawaan santri yang baru datang dari kampung.
Tak hanya itu, santri yang baru memondok di pesantren tidak diizinkan bertemu dengan orang di luar pesantren selama 14 hari, termasuk dengan orang tua.
ADVERTISEMENT
"Bila ada barang yang ingin diberikan maka harus dititipkan di pos," ujar Ustaz Muhammad Syukri, Wakil Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Dayah Inshafuddin, kepada acehkini, Minggu (25/10).
Santri Dayah Terpadu Inshafuddin saat mengikuti senam kebugaran. Foto: Ustaz Muhammad Syukri untuk acehkini
Setelah dua pekan menetap di pesantren, santri sudah boleh menemui keluarga yang menjenguk. Namun pertemuan itu hanya diperkenankan di pos satpam. "Ke dalam kompleks dayah sama sekali enggak boleh masuk orang dari luar," tutur Syukri.
Menurut Syukri, saat ini sedikitnya 600 santri laki-laki dan perempuan dari tingkatan SMP dan SMA belajar di pesantren itu. Setelah virus corona menjangkiti warga Aceh, akses keluar-masuk kompleks pesantren dibatasi.
Saat beraktivitas sehari-hari di dalam kompleks pesantren, santri diwajibkan memakai masker dan mencuci tangan. Penerapan protokol kesehatan dipantau tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19.
Pos penitipan barang dari orang tua di Dayah Terpadu Inshafuddin untuk kemudian diserahkan kepada santri bersangkutan. Foto: Ustaz Muhammad Syukri untuk acehkini
Selain pemantauan, ujarnya, tim tersebut juga bertugas menyemprot disinfektan ke semua ruang di pesantren dalam rentang tiga hari sekali. "Kadang-kadang ada juga sehari sekali," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Syukri menyebut semua santri diwajibkan bermukim di pesantren. Sedangkan untuk tenaga pengajar, sebagian ada yang harus pulang-pergi setiap hari. Mereka harus menjalani pemeriksaan ketat sebelum masuk ke kompleks pesantren. Misalnya memeriksa suhu tubuh, mencuci tangan, serta bermasker.
Dengan penerapan protokol kesehatan ketat saat pertama masuk, kata Syukri, pengurus pesantren tidak lagi memberlakukan jaga jarak antar santri saat proses belajar mengajar. "Karena kami di sini seperti tinggal dalam satu rumah, jadi kegiatannya seperti biasa," sebut Syukri.