Kisah Tragis Kapten Webb dalam Perang, Kepala Hancur Tertimpa Ranjau Kayu (18)

Konten Media Partner
11 Desember 2021 17:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah perang Belanda di Aceh, rencong, pedang, dan kelewang berperan besar sebagai senjata pejuang dalam mempertahankan kedaulatan. Di luar itu, ada ranjau kayu yang dirancang sedemikain rupa untuk menghambat pergerakan patroli marsose. Salah satu kisah ranjau ini tercatat baik, menimpa Kapten GJA Webb.
Pusara Kapten GJA Webb di Kerkhof Peucut, Banda Aceh, Foto: Suparta/acehkini
Pejuang Aceh dalam perang gerilya menggunakan ranjau sebagai senjata untuk memperlambat patroli pasukan marsose Belanda. Biasanya ranjau yang digunakan merupakan besi dan kayu runcing yang dilumuri racun di ujungnya.
ADVERTISEMENT
Ranjau tersebut ditempatkan di jalan-jalan tikus yang dilewati patroli pasukan Belanda. Karena seringnya tentara kolonial mengalami luka kaki hingga membusuk karena racun ranjau tersebut, mereka kemudian dibekali dengan sepatu khusus.
Salah satu Komandan Divisi Marsose, Kapten GJA Webb, mengalami nasib tragis karena ranjau kayu. Kepalanya hancur tertimpa, mayatnya nyaris tak dikenali. Istri Webb sendiri dilarang pemerintah Kolonial Belanda untuk melihat wajah dari jenazah suaminya. Dia dimakamkan di Kerkhof Peucut, kompleks perkuburan militer Belanda di Banda Aceh.
Kapten Webb tewas tertimpa ranjau kayu tepat di kepala, saat melakukan patroli di kawasan Leubeuk Minyeuk, Keuretoe (Aceh Utara) pada 21 Januari 1902. Tidak banyak informasi tentang kematian perwira Belanda itu. Dalam buku The Dutch Colonial War in Aceh juga hanya ada satu foto dengan sedikit keterangan di sampingnya.
ADVERTISEMENT
Tjoetje dalam bukunya ‘Perkuburan Belanda Peutjoet Membuka Tabir Sejarah Kepahlawanan Rakyat Aceh’ (1972) menyebutkan, Kapten Webb tewas akibat tipu muslihat kelompok pejuang Aceh yang menciptakan bom atau ranjau batang kayu. Potongan-potongan kayu besar diikat dengan rotan di atas pohon yang sering dilalui patroli pasukan marsose Belanda.
Kapten GJA Webb. Foto repro: The Dutch Colonial War in Aceh
Beberapa orang menunggui bom atau ranjau kayu tersebut di atas pohon. Dan pada 21 Januari 1902 itu, Kapten Webb selaku Komandan Divisi Marsose Lhoksukon melakukan patroli ke Leubeuk Minyuek untuk memburu kelompok Panglima Polem yang bergerilya dari Aceh Besar ke Aceh Utara. Sang Kapten mendapat informasi dari mata-mata bahwa kelompok Panglima Polem sedang berada di Leubeuk Minyeuk. Maka berangkatlah ia dan pasukannya ke sana.
ADVERTISEMENT
Begitu Kapten Webb dan pasukannya sampai di bawah pohon beranjau itu, pejuang Aceh memotong rotan pengikat bom batang kayu. Potongan batang-batang kayu itu jatuh menimpa pasukan marsose, dan salah satunya jatuh tepat di atas kepala Kapten Webb.
Eksekutor penjaga ranjau kayu, mampu memotong rotan pengikat pada waktu yang tepat. Tjoetje menyebutnya sama dengan gaya ‘jibaku’ ala Jepang. Sang eksekutor rela mati kalau ia gagal dengan ranjau kayu tersebut. Tapi, pejuang Aceh yang memotong ranjau atau bom kayu tersebut berhasil selamat kembali ke pasukannya. []