Konflik Gajah dengan Petani Terus Terjadi di Tangse dan Keumala, Aceh

Konten Media Partner
8 Maret 2019 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kawanan gajah yang terlihat di sekitar persawahan, Kecamatan Keumala, Pidie, tahun 2017 lalu. Foto: Habil Razali.
zoom-in-whitePerbesar
Kawanan gajah yang terlihat di sekitar persawahan, Kecamatan Keumala, Pidie, tahun 2017 lalu. Foto: Habil Razali.
ADVERTISEMENT
Mustafa hampir putus asa menghadapi gajah liar yang terus merangsek masuk ke areal persawahan petani di kampungnya dalam tiga bulan ini. Keuchik Gampong Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse, Pidie, Provinsi Aceh, itu telah berulang kali menghubungi pejabat berwenang, meminta ditanggulangi.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah melaporkan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pidie, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh, serta Wakil Bupati Pidie, saya telepon mereka, tapi sampai saat ini gajah masih di situ terus," kata Mustafa kepada acehkini, Jumat (8/3).
Mustafa tak menghitung pasti jumlah gajah liar yang selama ini berada di area persawahan dan perkebunan warga di Tangse. Namun dia menyebut, jumlah kawanan hewan bertubuh besar itu mencapai puluhan ekor. Selama ini petani di sana menghalaunya dengan membakar mercon.
"Tadi malam juga turun ke sawah. Masyarakat membakar mercon. Perginya cuma sebentar, nanti balik lagi," ujar Mustafa, sembari menyebut persawahan di Lhok Keutapang saat ini mulai memasuki musim panen.
Kawanan gajah liar itu, sebut Mustafa, melahap tanaman padi di Blang Geunie dan padi ladang. Tak hanya padi, gajah liar turut memakan pinang dan kakao. "Kami mohon agar pemerintah mencari solusi bagaimana yang terbaik," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya di Tangse, pada awal Februari lalu, gajah liar turut mengobrak-abrik sekitar 21 hektare persawahan di Kecamatan Keumala, Kabupaten Pidie. Warga saat itu bahkan mendirikan tenda menjaga sawah mereka dari amukan gajah.
Kondisi tanaman padi yang rusak karena gajah liar di Kawasan Kecamatan Tangse. Foto: Dok. Mustafa
Sementara, penyebab utama konflik gajah liar dan petani di Pidie, disebut karena maraknya aktivitas penebangan kayu secara ilegal, sehingga mengganggu habitat gajah. "Habitatnya banyak berubah menjadi kebun, juga terganggu illegal logging," ujar Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Sapto Aji Prabowo, kepada acehkini, beberapa waktu lalu.
Adanya penebangan kayu ilegal itu turut dibenarkan oleh Mustafa. Tetapi dia membantah penebangan kayu menjadi sumber utama penyebab konflik gajah liar di desanya.
"Orang illegal logging ada, tapi mereka tidak dalam jumlah besar. Sekitar lokasi pembalakan liar juga tidak ada gajah," tuturnya. Kendati demikian, Mustafa juga menegur para pembalak liar. "Saya cuma berani tegur, kalau ambil tindakan tegas tidak," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Konflik gajah liar dengan manusia di Pidie terjadi sejak tahun 2015. BKSDA Aceh, menyebut solusi jangka pendek yang telah dilakukan pihaknya adalah penggiringan dan penghalauan. Selain itu, mereka juga berencana melatih masyarakat mengenai metode penggiringan gajah yang benar.
Sementara jangka panjangnya, BKSDA dan FFI sedang mengajukan pendanaan ke donor luar negeri, untuk membangun parit gajah di jalur keluar masuk gajah. “Semoga bisa terwujud tahun ini. Kita juga berharap masyarakat perlahan-lahan mengganti tanamannya dengan tanaman yang tidak disukai gajah, seperti lemon, pala, dan lada," tutur Sapto Aji Prabowo.
Padi yang rusak karena dilewati gajah, konflik gajah dengan petani telah terjadi sejak 2015.
Konflik antara gajah liar dan manusia di Kabupaten Pidie paling parah terjadi di empat kecamatan: Keumala, Mila, Sakti, dan Tangse. Kondisi diperparah ketika ada warga yang diseruduk gajah dan beberapa kasus kematian gajah.
ADVERTISEMENT
Pada 30 November 2016, di kawasan Guha Rimueng Gle Barat, Desa Jijiem Kecamatan Keumala, Pidie, satu bangkai gajah ditemukan. Kondisinya tinggal tengkorak dan tulang belulang yang berserakan di lokasi.
Sebelumnya, Kamis 28 Januari 2016, Muhammad Diah (50), warga Desa Cot Nuran, Keumala, diseruduk gajah liar. Dia mengalami luka memar di dada dan bagian paha. Kemudian, pada Rabu 14 November 2018, Kamaruddin (55) warga Desa Pulo Ie, Beungga, Pidie, harus diboyong ke rumah sakit setelah diinjak gajah liar saat pulang dari kebun. Dia mengalami luka memar di bagian perut dan tubuhnya kini tak bisa bergerak. []
Reporter: Habil Razali