Maraknya Konflik Satwa di Aceh, Plt Gubernur: Karena Ilegal Logging

Konten Media Partner
8 Januari 2020 18:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah. Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Konflik satwa kerap terjadi di Aceh sepanjang 2019, satu kasus terbaru adalah temuan kerangka lima gajah yang mati pada pekan lalu, di Desa Tuwi Priya, Kecamatan Pasie Raya, Aceh Jaya. Gajah-gajah itu diduga mati karena tersengat pagar listrik yang dipasang warga untuk melindungi kebunnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, konflik gajah-manusia juga terjadi di kawasan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, serta konflik harimau-manusia di kawasan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara.
Menanggapi kematian gajah di Aceh Jaya, Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, mengatakan semua ada hukumnya. “Jika ada yang terlibat dan melanggar hukum, itu ya penegakan hukum,” katanya usai menghadiri ‘Forestival Aceh’ di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, Rabu (8/1/2020).
Nova mengakui, akhir-akhir ini konflik sering terjadi. Penanganan konflik gajah sudah harus lebih masif dikarenakan habitat gajah yang semakin berkurang karena ilegal logging. “Gajah mencari tempat lain termasuk ke permukiman, karena itu penanganannya lebih sistematis dan masif,” katanya.
Pemerintah Aceh bersama pihak terkait seperti Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Conservation Response Unit (CRU), masyarakat sipil dan elemen lainnya yang bergerak dalam menjaga lingkungan, terus bekerja sama untuk berbagai upaya pencegahan konflik satwa.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Aceh, kata Nova, telah membentuk dan memfasilitasi 5 unit CRU untuk penanganan konflik satwa Gajah dan manusia di lokasi yang memiliki tingkat kerawanan tinggi. “Selama 3 tahun terakhir telah dilakukan pencegahan dan penanganan konflik satwa sebanyak 80 kali, melalui pelibatan masyarakat dan mitra CSO/NGO,” katanya. []