Mau Nggak Disuntik Vaksin Corona? Berikut Respons Warga Aceh

Konten Media Partner
16 Januari 2021 10:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Achmad Marzuki disuntik vaksin corona Sinovac di Aceh, Jumat (15/1). Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Achmad Marzuki disuntik vaksin corona Sinovac di Aceh, Jumat (15/1). Foto: Suparta/acehkini
ADVERTISEMENT
Proses penyuntikan vaksin corona Sinovac pertama kali telah dilakukan di Aceh, pada Jumat (15/1/2021). Penerima vaksin pertama di Aceh adalah Gubenur Nova Iriansyah, Pangdam Iskandar Muda, Wakapolda Aceh, Sekda Aceh, Anggota DPRA, Wakil Ketua MPU dan sejumlah pejabat SKPA.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan itu, Nova Iriansyah, mengatakan sebelum seluruh masyarakat Aceh divaksin, penting mengetahui bahwa vaksin Sinovac telah melewati dua tahapan penting. Pertama, vaksin itu telah melewati uji klinis oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) dan juga telah mendapat sertifikat halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Pemerintah Aceh saat ini telah mengomunikasikan dengan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh terkait kehalalan vaksin Sinovac tersebut. "Alhamdulillah sudah mendapatkan restu MPU,” katanya.
"Kepada seluruh rakyat Aceh, saya imbau melalui tokoh masyarakat bahwa vaksin ini aman, karenanya mari melakukan gerakan vaksinasi agar COVID-19 cepat selesai utamanya di Aceh," sambung Nova.
Lalu bagaimana respons warga dan sejumlah elemen lainnya di Aceh?
Warga Kajhu, Aceh Besar, Yudi, mengaku belum mau divaksin sejauh ini. “Persoalannya masih banyak pro-kontra di masyarakat,” katanya.
ADVERTISEMENT
Soal pro-kontra tersebut dirasakan Anies, warga Aceh lainnya. “Saya juga belum mau divaksin. Tapi kalau sudah divaksin semua, saya ikut aja,” jelasnya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) M Rizal Falevi Kirani, belum menentukan sikapnya. “Soal bersedia atau tidak, tentu ada tahapan yang harus dilakukan,” ujarnya.
Menurutnya, seluruh tahapan tersebut haruslah disampaikan ke publik, terkait misalnya apakah uji publik sudah selesai, dan bagaimana sisi kehalalannya. “Khususnya di Aceh, saya pikir harus ada fatwa dari MPU (Majelis Permusyawaratn Ulama) apakah sudah halal atau belum,” katanya.
Falevi menilai, sosialisasi yang belum dilakukan secara menyeluruh inilah yang membuat pubilk Aceh masih ragu dan menimbulkan pro-kontra. “Soal halal, aman dan nyaman, ini belum ada penjelasan kepada publik Aceh, apa komposisinya dan lain-lain. Hal ini sudah kita (DPRA) sampaikan ke Pemerintah Aceh,” sebutnya.
ADVERTISEMENT
Lihat video berikut:
Sementara itu mahasiswa Aceh, Rafika Rizki Oktavia, mengatakan bersedia divaksin untuk menjaga kekebalan tubuh dari pandemi corona yang sedang mewabah. “Saya bersedia,” katanya.
Ketua MPI KNPI Kabupaten Pidie, Zukhri Mauluddinsyah Adan, mengatakan vaksinani COVID-19 haruslah disikapi dengan bijak, tanpa ketakutan dan keraguan. Para pejabat di daerah perlu memberikan contoh sebagai penerima vaksin seperti yang ditunjukkan Presiden Indonesia, Joko Widodo. “Ulama telah menunjukkan sikap, dan tidak lagi keraguan kehalalannya,” katanya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, DR. dr. Safrizal Rahman, M.Kes., Sp.OT, mengatakan vaksin saat ini menjadi solusi bagi pencegahan corona. “Bagi tenaga medis, selama persyaratan untuk hadirnya sebuah vaksin sudah terpenuhi, itu tidak menjadi perdebatan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, menjadi tugas semua pihak di Aceh untuk menyakinkan masyarakat bahwa vaksin adalah salah satu upaya untuk mengakhiri pandemi corona. []