Melihat Meriahnya Tradisi Maulid Nabi di Tangse, Aceh

Konten Media Partner
29 Oktober 2020 12:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengantar makanan untuk disantap bersama dalam peringatan Maulid Nabi di Tangse, Pidie, Aceh. Foto: Taufik Ar Rifai untuk acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Mengantar makanan untuk disantap bersama dalam peringatan Maulid Nabi di Tangse, Pidie, Aceh. Foto: Taufik Ar Rifai untuk acehkini
ADVERTISEMENT
Peringatan Maulid Nabi semarak dan meriah di Aceh, sejalan dengan ketaatan warganya menjalankan berbagai tradisi Islam. Ragam tradisi unik dijalankan.
ADVERTISEMENT
Di Aceh, peringatan maulid Nabi Muhammad SAW dikenal dengan istilah "moulod". Dalam pelaksanaannya, warga menggelar kenduri besar dengan mengundang anak yatim dan kerabatnya. Salah satu kemeriahan terlihat jelas di Gampong Pulo Mesjid, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Aceh.
Umumnya, perayaan maulid tidak hanya digelar pada hari sebagaimana ditetapkan dalam kalender saja. Tetapi digelar secara bergilir oleh gampong-gampong (desa) sampai 4 bulan berturut-turut. Perayaan maulid di Aceh merupakan perayaan kenduri dengan waktu terlama.
Berdasarkan penanggalan dalam kalender Islam, tradisi perayaan maulid dimulai dari Rabiul Awal, Rabiul Akhir dan Jumadil Awal. Pada bulan Rabiul Awal. Dalam bahasa Aceh disebut sebagai Moulod Awai, Moulod Teungoh, dan Moulod Akhe.
Dalong berisi berbagai makanan khas Aceh. Foto: Taufik Ar Rifai untuk acehkini
Tradisi perayaan maulid di Aceh kerap dilakukan dengan kenduri besar. Bagi masyarakat yang mampu melakukan kenduri, akan membagikan makanan kepada masyarakat lain yang berkumpul di meunasah-meunasah.
ADVERTISEMENT
"Bagi masyarakat Aceh, jika tidak melakukan kenduri maulid merasa ada sesuatu yang kurang. Sehingga tidak mengherankan apabila pada bulan maulid masyarakat berbondong-bondong membawa makanan yang telah dimasak ke Meunasah," kata Fadhlullah TM Daud, Wakil Bupati Pidie, Kamis (29/10).
Saat membawa makanan, ada tempat khusus yang disebut 'dalong', yaitu wadah khusus berbentuk selinder. Ukurannya pun beragam, rata-rata berkisar 30 hingga 50 sentimeter. Dalong inilah wadah pengisian nasi lengkap dengan lauk pauk. Uniknya lagi, sajian nasi dan lauknya pun ditata rapi dan berlapis-lapis atau dikenal 'Dalong Meulapeh'. Dalong inilah yang diantar warga ke meunasah-meunasah yang akan dibuka untuk disantap bersama anak yatim.
Hidangan diantar ke meunasah. Foto: Taufik Ar Rifai untuk acehkini
Soal menu yang dihidangkan pada perayaan maulid sangatlah istimewa. Salah satu menu khas adalah bu kulah atau nasi kulah. Nasi ini dimasak secara khusus dengan paduan rempah-rempah seperti cengkeh, kapulaga dan aneka rempah lainnya.
ADVERTISEMENT
Menariknya lagi, formasi bu kulah berbentuk piramida ini dibungkus dengan daun pisang yang terlebih dahulu dilayu di atas bara api. Sehingga sajian makanan Aceh dengan rasa dan aroma khas Timur Tengah dan India ini kian terasa.
Sementara menu yang disajikannya juga khas dan jarang ditemui pada perayaan lainnya. Salah satunya adalah "kuah pacri". Dalam kuah ini, tersedia buah nenas yang dimasak dengan kuah encer dengan paduan cengkeh, kapulaga, cabai merah yang diiris halus dan daun pandan untuk menambah aroma. Menu lainnya adalah aneka daging sapi, kambing, ayam dan bebek.
Selain menu yang disebutkan diatas, ada hidangan khas pada kenduri maulid, yakni Bu lukat. Nasi ketan yang diberi kelapa dan dibungkus daun pisang dan berbentuk limas.
Warga berzikir, berdoa dan bersalawat sebelum menyantap makanan bersama. Foto: Taufik Ar Rifai untuk acehkini
Nah, sebelum menyantap hidangan maulid, masyarakat menggelar zikir dan doa bersama diiringi salawat. Setiap perayaan maulid di Aceh, kenduri digelar pada siang hari, kemudian malam dilanjutkan dengan ceramah agama.
ADVERTISEMENT
"Pada malam hari, warga berbondong-bondong menuju ke meunasah untuk mendengar ceramah maulid. Namun di tengah pendemi seperti ini, perlu mengedepankan protokol kesehatan," kata Fadhlullah TM Daud
Fadhlullah menjelaskan, kemeriahan pelaksanaan tradisi maulid di Aceh, seluruh warga larut dalam berbagai proses pelaksanaannya. Bagi masyarakat Aceh, maulid telah menjadi tradisi dan dilaksanakan secara turun temurun. Pelaksanaan peringatan maulid merupakan salah satu contoh semangat kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa perubahan dalam hidup manusia ke jalan yang benar.
Wadah yang berisi makanan untuk disantap bersama. Foto: Taufik Ar Rifai untuk acehkini
Bahkan kemeriahan perayaan Maulid Nabi di Aceh memiliki dasar sejarah yang kuat. Ini sebagaimana termaktub dalam sebuah surat wasiat Sultan Aceh yang diterbitkan pada 12 Rabiul Awal 913 Hijriah atau 23 Juli 1507, oleh Sultan Ali Mughayat Syah yang ditemukan Tan Sri Sanusi Juned.
ADVERTISEMENT
Salah satu poinnya adalah mengenai pelaksanaan Maulid Nabi yang dapat menyambung tali silaturahmi antargampong di Kerajaan Aceh Darussalam. [] Taufik Ar Rifai
Bu lukat, salah satu menu makanan menyambut Maulid Nabi di Aceh. Foto: Taufik Ar Rifai untuk acehkini