Mengingat Mirisnya Pengungsi saat Tsunami Aceh Lewat Pameran Temporer

Konten Media Partner
18 Oktober 2019 9:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Museum tsunami Aceh. Foto: Adi Warsidi
zoom-in-whitePerbesar
Museum tsunami Aceh. Foto: Adi Warsidi
ADVERTISEMENT
Merekayasa kembali suasana dan rekonstruksi pengungsian 15 tahun silam pascatsunami Aceh, bukanlah hal biasa. Refleksi ke masa silam ini menjadi keunikan bagi UPTD Museum Tsunami Aceh untuk menghadirkan dalam bentuk pameran temporer.
ADVERTISEMENT
Mengangkat tema BARAK Aceh 9.1, pameran temporer ini resmi dibuka untuk masyarakat umum di lantai 3 Museum Tsunami Aceh, berlangsung sampai 26 Desember 2019, tepat saat peringatan 15 tahun tsunami Aceh.
Koordinator UPTD Museum Tsunami Aceh, Hafnidar menyebutkan, pameran yang mengangkat sisi refleksi pengungsian di Aceh yang dibalut dalam teknik rekonstruksi ini sebagai bentuk komunikasi pembelajaran bagi generasi ke generasi. “Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat untuk proses pencarian data dan benda serta saksi-saksi hidup tsunami 2004,” katanya, Jumat (17/10)
Meskipun sudah sedemikian rupa mengkaji dan membuat konsep, karya museum ini tentunya masih jauh dari sempurna. “Masukan dan saran akan kami terima untuk kami kembangkan di kemudian hari. Mengingat kegiatan ini juga bagian dalam rangka menyambut hari museum yang jatuh 12 Oktober lalu,” harapnya.
Salah satu karya yang ditampilkan dalam pameran. Dok. Museum Tsunami
Pameran temporer tentang kondisi pengungsian saat tsunami Aceh, mulai dibuka Kamis (17/10) kemarin. Kehidupan pengungsi tsunami Aceh 15 tahun lalu, ditampilkan di sana, diharapkan menjadi pengingat bagi bencana tersebut, hingga menjadi pelajaran untuk siaga terhadap bencana.
ADVERTISEMENT
Mantan Deputi Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias, T Safir Iskandar Wijaya, memberikan apresiasi bagi Museum Tsunami Aceh atas inisiatifnya memberikan edukasi bencana kepada masyarakat.
“Semua orang harus dilibatkan dan dibuka ruang oleh museum untuk terlibat, berpartisipasi saling menginspirasi baik berupa ide dan karya dalam menjaga nilai edukasi bagi masyarakat dan belajar dari kejadian masa lalu,” paparnya.
Barak, karya yang ditampilkan dalam pameran. Dok. Museum Tsunami
Mengkomunikasi pembelajaran bencana, kata Safir, tidak bisa hanya berharap pada Museum Tsunami Aceh saja, adanya kegiatan pameran seperti ini semua harus bergandeng tangan baik masyarakat dan pihak-pihak yang terlibat dalam membantu Aceh pada masa itu.
Tsunami Aceh adalah salah satu bencana dahsyat dalam 100 tahun terakhir. Kejadian pada 26 Desemnber 2004 tersebut mengakibatkan sekitar 200 ribu menjadi korban. Sementara sebanyak 500 ribu lainnya terpaksa tinggal di barak-barak pengungsian. []
ADVERTISEMENT